REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Indonesia mengalami darurat kekerasan seksual pada anak dan perempuan. Aliansi Satu Visi (ASV) sebagai jaringan yang berfokus pada perlindungan hak perempuan dan remaja dari kekerasan seksual melihat kekerasan sebagai epidemi dan harus diatasi dengan pendekatan pendidikan seksual yang tepat.
“Pendidikan seksualitas sejak dini bisa membentengi anak dari kekerasan termasuk mengenali dan merespon kekerasan yang terjadi pada mereka,” papar Ketua ASV Bonitha Merlina.
Temuan dari kerja anggota ASV yang terdiri dari 18 organisasi lembaga swadaya masyarakat menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan pendidikan seksualitas akan lebih memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Mereka juga memiliki karakter yang positif, kritis, rasional serta mampu mengenali dan melawan kekerasan pada dirinya sendiri dan teman-temannya.
Agar kasus kekerasan seksual pada anak tak semakin meluas, ASV berinisiatif mengorganisir serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran publik dan mendorong pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi pada anak-anak. ASV telah membuat petisi publik berisi usulan untuk memasukkan pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi komprehensif yang ditujukan kepada Kementrian Pendidikan Nasional.
“Pelibatan anak dan remaja dalam penanggulangan kekerasan seksual sangatlah penting. Tidak adanya pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual yang komprehensif membuat kami sangat rentan mengalami kekerasan,” ulas Ketua Forum Remaja ASV, Enny Simanjorang.