REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Gunung Padang dianggap dapat menjadi kunci untuk mengungkap peradaban kuno, tak hanya di Indonesia, tapi juga peradaban dunia. Ketua Tim Terpadu Riset Mandiri, Ali Akbar mengatakan Situs Gunung Padang membuktikan hipotesis bahwa bencana mampu mengubah muka bumi peradaban dan populasi manusia.
Sementara itu, ahli geologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawidjaya mengatakan ada banyak temuan menarik selama penelitian Situs Gunung Padang berlangsung. Temuan pertama misalnya soal serakan batu-batu kolom dan struktur yang diduga bekas teras bangunan.
Serakan batu ini ternyata tidak hanya berada di teras bukit Gunung Padang tapi juga tersebar di badan dan kaki bukit. "Bila diukur keseluruhan diduga sebaran artefak di Situs Gunung Padang ini mencapai 25 hektar," katanya.
Temuan kedua, di bawah lapisan pertama Gunung Padang masih ada lapisan dua yang tersusun dari kolom-kolom batu yang jauh lebih rapih dan teratur dibanding permukaan atas. Temuan ketiga, dari hasil georadar dan geolistrik 2D terdapat potensi rongga-rongga besar di bawah permukaan Situs Gunung Padang.
Temuan keempat, dari uji karbon di laboratorium Badan Atom Nasional dan Beta Analytic USA menghasilkan sejumlah angka tahun yang menjadi pedoman pengukuran umur lebih lanjut situs. Angka tahun itu adalah: sampel karbon di dekat permukaan teras Gunung Padang menghasilkan angka 3.025 tahun yang lalu (tyl), 3.630 tyl, dan 2500 tyl; sampel karbon yang diambil dari tanah yang mengisi antarbatu kolom di lapisan 3 menghasilkan umur 16.865 tyl sampai 28.310 tyl.
"Temuan baru mengklasifikasikan bahwa situs masuk ke dalam era megalitik prasejarah Indonesia," ujar Danny.