REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Gerhana matahari cincin yang dapat dilihat dari Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Selasa sekitar pukul 14.50 Wita, disambut sebagian masyarakat dengan memukul 'rantok' dan menggelar shalat gerhana di Masjid Agung Nurul Huda. Pemukulan rantok atau lesung panjang yang dilakukan sekelompok ibu-ibu berusia lanjut, dipimpin Nenek Madi yang berumur sekitar 102 tahun. Acara ini merupakan adat dan budaya Samawa yang dilakukan ketika menyambut gerhana bulan dan gerhana matahari, serta ritual adat lainnya. Menurut Nenek Madi, pemukulan rantok ini selain melestarikan budaya dan adat Samawa, juga bermakna untuk membantu bumi dan langit yang mengalami 'kesakitan' akibat gerhana tersebut. "Pukel rantok ta kenang sangilang sakit ade ya perasa leng tana ke langit (pukul rantok ini untuk menghilangkan sakit yang dirasakan bumi dan langit)," kata nenek yang masih jelas bertutur kata dalam Bahasa Samawa. Sementara itu, Ust H Ahmad Arifin LC, salah satu imam masjid Agung Nurul Huda mengatakan, gerhana matahari itu merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah SWT, sehingga manusia itu dianjurkan untuk melaksanakan shalat gerhana. "Shalat ini sebagai bentuk tunduknya hamba kepada Allah, dan merenungi kebesaran serta kekuasaan Allah," ujar Ust Arifin. Gerhana matahari cincin ini dapat dilihat dari Australia, Samudra Hindia bagian selatan, Antartika dan Indonesia. Di Indonesia, gerhana ini dapat dilihat dari beberapa wilayah seperti Jogjakarta, Jawa Timur bagian selatan, Bali dan Nusa Tenggara.