REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Perajin Bali mendatangkan akar bambu berukuran lebih besar yakni jenis bambu bletung dari Jawa untuk bahan baku pembuatan patung atau topeng dengan menyerupai wajah manusia berparas tua atau jenis lucu lainnya untuk ekspor.
"Kami mendatangkan akar bambu dari daerah Banyuwangi, Klaten dan Yogyakarta disamping dari sekitar di Bali," kata Made Murja pemilik toko aneka barang kerajinan Bali termasuk patung dari bahan baku akar bambu di Ubud, Kabupaten Gianyar, Selasa.
"Tidak ada rotan akar pun jadi", itu pepatah yang cukup populer, dimanfaatkan secara nyata oleh perajin Bali dalam memproduksi patung berbahan baku dari akar bambu untuk ekspor, terutama memenuhi permintaan konsumen di Australia, Jepang dan AS.
Ia yang mendatangkan akar bambu dari luar pulau hingga sekarang karena pernah kekurangan persediaan bahan baku patung, akibat banyaknya pesanan yang datang dari rekan bisnisnya di luar negeri, terutama yang sudah sering ke Bali.
Kreativitas perajin itu muncul akibat kayu bahan baku patung maupun aneka kerajinan lainnya keberadaannya semakin langka, maka mereka (perajin-red) mengalihkan perhatian dengan memanfaatkan akar bambu, ternyata juga disenangi konsumen mancanegara.
Akar bambu yang selama ini banyak berada di daerah pedesaan merupakan barang yang tidak berguna, ternyata bisa dibentuk menjadi barang seni seperti bebek, ayam, burung, babi untuk pasar ekspor.
Patung berbahan baku akar bambu umumnya berukuran kecil dan menengah sehingga seorang importir memesan patung jenis ini berjumlah ribuan buah, maka dalam sebulan puluhan ribu patung dari akar bambu dikapalkan ke konsumen luar negeri.
Kerajinan tangan berupa patung yang terbuat dari akar bambu (bamboo root handycraft) tetap disenangi turis asing, terbukti ribuan hasil kerajinan tangan itu diekspor setiap bulan, ujar Made Murja.
Kerajinan akar bambu juga tumbuh subur di kalangan perajin di Kabupaten Bangli, Gianyar dan tempat lainnya di Bali dengan memanfaatkan bahan baku dari barang yang selama ini tidak memiliki nilai ekonomi.
Namun berkat banyak pesanan yang diterima perajin, maka Bali kekurangan bahan baku berupa akar bambu dalam memenuhi permintaan pasar luar negeri, sehingga harus mendatangkan dari luar daerah terutama dari Jawa Timur.
"Kami mendatangkan akar bambu dari daerah Banyuwangi, Klaten dan Yogyakarta disamping dari penduduk sekitar di Bali," kata Murja sambil menyebutkan harga patung bervariasi antara Rp100.000-Rp5 juta/buah.
Munculnya patung akar bambu di Bali menambah besar perolehan devisa kerajinan bambu yang mencapai sebesar 1,8 juta dolar AS selama Januari-Februari 2014, naik jika dibandingkan periode sama 2013 hanya seharga 1,2 juta dolar.