REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia berjanji bekerja sama membantu kepolisian untuk mengungkap dan memberantas kasus segala bentuk kecurangan Ujian Nasional (UN) 2014 termasuk praktek perjokian.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Menengah Kemendikbud Ahmad Jazidie mengakui, pihaknya sudah menerima laporan berbagai bentuk kecurangan UN dari pihak kepolisian. Laporan itu mulai praktek perjokian hingga daftar nama-nama oknum yang terlibat dalam kecurangan ujian akhir itu.
“Tadi saya juga sudah mendengar dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya M Ikhsan bahwa lima orang ditangkap polisi di Yogyakarta karena diduga sebagai joki kunci jawaban UN di Surabaya,” ujarnya saat ditemui wartawan di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Senin (28/4).
Menanggapi banyaknya laporan kecurangan, pihaknya berjanji akan membantu polisi. Kemendikbud memastikan akan membantu untuk mengungkap kasus tersebut, bahkan kalau perlu sampai di tingkat pengambilan keputusan di Kemendikbud.
“Kami akan terbuka, kooperatif, dan terbuka dengan kooperatif. Sebab dengan demikian, masalah setiap tahun ini bisa kita tuntaskan dan kita bisa melaksanakan UN dengan berwibawa,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Harun mengatakan, isu kebocoran soal UN yang melibatkan sedikitnya korban yang sekolah di 10 Sekolah Menengah Atas (SMA) di Surabaya kini sudah ditangani pihak kepolisian.
“Langkah itu sudah benar dan sesuai prosedur karena itu menyangkut isu yang meresahkan orang banyak. Jadi kami siap bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk mengawasi pelaksanaan UN,” katanya.
Sebelumnya, lima mahasiswa dibekuk polisi karena diduga sebagai joki kunci jawaban UN di Surabaya. Penangkapan lima mahasiswa itu adalah hasil pengembangan dari kasus dugaan kebocoran kunci jawaban UN di Surabaya yang melibatkan sejumlah siswa peserta.
Kelima orang asal Surabaya itu dibekuk tim khusus Polrestabes Surabaya di sekitar alun-alun Yogyakarta, akhir pekan lalu. Polisi juga mengamankan uang sebesar Rp 207 juta yang diduga hasil penjualan kunci jawaban UN.