REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog dan pemerhati anak Seto Mulyadi atau Kak Seto mengatakan Jakarta International School (JIS) merupakan sekolah yang berkualitas karena tidak hanya mengajarkan kecerdasan kognitif pada anak tetapi juga spiritual.
"Saya datang ke JIS untuk melihat sendiri keadaan di sini karena selama ini saya hanya mendengar dari salah satu pihak saja, terutama dari media. Saya juga bertemu dengan orang tua murid Indonesia dan mereka menyampaikan kualitas sekolah ini," kata Kak Seto di Jakarta, Jumat.
Kak Seto mengatakan kecerdasan kognitif murid JIS ditunjukkan dengan beberapa prestasi. Beberapa alumnus JIS juga diterima di universitas ternama di luar negeri seperti Harvard dan sebagainya.
Menurut Kak Seto, dia juga melihat foto-foto dan gambar yang menunjukkan jiwa nasionalisme dan sosial murid-murid di JIS. Dia mengatakan murid JIS melakukan pekerjaan sosial di tempat-tempat kumuh dan membantu korban bencana alam.
"Ada orang tua yang mengatakan anak-anaknya bangga saat mengenakan baju tradisional. Ada pula yang belajar gamelan. Itu semua didapatkan di JIS," tuturnya.
Setelah datang dan melihat sendiri kondisi di JIS, Kak Seto mengatakan sebelumnya mendapatkan gambaran yang keliru.
"Saya sebelumnya mendapatkan gambaran bahwa di JIS hanya pendidikan gaya barat, tidak ada nasionalisme dan tidak ada rasa sosial. Ternyata itu semua keliru," katanya.
Namun, Kak Seto mengatakan akan lebih mendalami kegiatan-kegiatan yang dilakukan di JIS. Menurut dia, kedatangannya ke sekolah tersebut tidak hanya akan sekali saja.
"Saya akan datang berkali-kali untuk melihat kegiatan di sini," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah JIS Timothy Carr menyatakan rasa senangnya atas kunjungan Kak Seto ke sekolah tersebut.
"Kak Seto datang memberi saran-saran yang bagus tentang perlindungan anak. Dia memberikan saran yang bijak. Dia seorang yang bijaksana," katanya.
Publik dikejutkan dengan adanya dugaan tindak kekerasan seksual yang dialami siswa TK oleh beberapa tenaga kebersihan alih daya di sekolah tersebut.
Penyidik Polda Metro Jaya telah menetapkan lima orang petugas kebersihan alih daya sebagai tersangka. Seorang di antara tersangka adalah seorang perempuan yang diduga berperan memegangi korban saat kekerasan seksual terjadi.