Kamis 24 Apr 2014 19:36 WIB

'Angkatan Bersenjata yang Kuat adalah Keniscayaan'

Djoko Santoso
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Djoko Santoso

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso menyatakan bersyukur Indonesia mempunyai angkatan bersenjata yang relatif kuat sehingga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dipertahankan.

"Angkatan bersenjata yang kuat adalah keniscayaan, apalagi Indonesia adalah negara maritim sekaligus negara kepulauan yang luas," katanya dalam diskusi panel bertema "Penguatan kewaspadaan nasional dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa" di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Jakarta, Kamis (24/4).

Narasumber lain dalam diskusi panel yang dihadiri para siswa Lemhannas dari berbagai instansi pemerintah dan TNI serta Polri itu adalah Tenaga Profesional Bidang Kewaspadaan Nasional Lemhannas Mayjen TNI (Purn) Dr Ir I Putu Sastra Wingarta dan peneliti yang juga konsultan politik Burhanuddin Muhtadi.

Djoko Santoso lebih lanjut meminta jajaran TNI untuk selalu bersiap siaga dalam menghadapi ancaman terhadap keutuhan NKRI, baik dari luar (dari negara-negara lain) maupun dari dalam negeri (ancaman disintegrasi), dengan mengutip adagium Latin yang menyebutkan, jika menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang.

Lebih dari itu, lanjutnya, anggaran TNI ke depan harus dinaikkan, termasuk anggaran untuk pembelian alat utama sistem senjata (alutsista), sebab jika TNI kuat, negara-negara lain tidak akan memandang rendah Indonesia.

Menurut Panglima TNI 2007-2010 itu, pada masa lalu Kerajaan Demak di Jawa mampu membuat 300 kapal perang dalam setahun. "Mestinya kita sekarang juga mampu membuat 400 kapal patroli laut setahun," katanya.

Ia juga mewanti-wanti agar TNI yang terdiri dari angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara itu jangan sampai pecah, sebab runtuhnya sebuah negara antara lain diakibatkan oleh pecahnya angkatan bersenjata negara yang bersangkutan.

Penyebab lain runtuhnya sebuah negara adalah rusaknya lingkungan hidup, terjadinya peperangan, krisis politik yang terus-menerus, resesi ekonomi, adanya negara tetangga yang tidak bersahabat, dan adanya ketidakadilan di dalam negeri, katanya.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement