REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Adanya calon anggota legislatif yang mengalami stres akibat tidak terpilih dinilai dipicu sejumlah hal. Salah satunya adalah ketidaksiapan caleg untuk menerima kekalahan.
"Pemicu lain yang dapat menyebabkan stres adalah lingkungan sosial yang tidak mendukung," kata Psikolog dari Universitas Lampung Diah Utaminingsih S.Psi, melalui surat elektroniknya yang diterima di Bengkulu, Kamis (24/4).
Diah menjelaskan, tidak sedikit saat seorang calon gagal, masyarakat di sekitarnya memandang dengan persepsi yang kurang baik. Menurut dia sisi lain, faktor yang paling penting adalah bagaimana sikap keluarga dalam menerima kekalahan.
"Sebenarnya, stres dapat dihindari jika saja calon tersebut memiliki kerangka berfikir bahwa kekalahan bukan akhir dari segalanya dan dapat mengukur potensi dirinya untuk menjadi wakil rakyat," katanya.
Disamping itu, lanjut Diah yang banyak menangani klien dari beragam perusahaan dan profesi itu, dukungan emosi yang diberikan keluarga serta dukungan sosial yang didapat dari lingkungan sekitar dapat mencegah yang bersangkutan untuk terhindar dari stres.
Pengajar di FKIP Unila itu menambahkan, seharusnya sebagai wakil rakyat setiap calon memiliki kekuatan pribadi dan mental baik saat terpilih maupun saat belum terpilih, sehingga pada akhirnya mampu mengemban amanat saat terpilih.
Begitu pula sebaliknya saat belum terpilih seorang calon seharusnya juga dapat menerima kenyataan bahwa dirinya kalah dalam pemilihan. "Karena sebenarnya kalah dan menang pasti akan terjadi. Namun, sayangnya ekspektasi yang terlalu tinggi dan juga pengorbanan yang banyak secara materi membuat seorang calon tidak mempersiapkan dirinya untuk kalah," katanya.