REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur Lampung Sjachroedin ZP mengunjungi peternakan sapi milik PT Juang Jaya yang berlokasi di Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan. Di tempat itu, ribuan ekor sapi beragam jenis digemukkan untuk kemudian dijadikan sapi potong.
Kunjungan Jokowi ke tempat itu dalam rangka penjajakan kerja sama yang akan dijalin Pemprov DKI Jakarta dengan Lampung di bidang pasokan daging sapi ke ibu kota.
Direktur Utama PT Juang Jaya Gigi Argadiraksa menjelaskan, sudah menjalankan usaha penggemukan, pembibitan, dan pengembangan sapi perah sejak 17 tahun lalu. Peternakan itu pun mampu memasok 84 ribu ekor sapi per tahun ke seluruh daerah di Indonesia, utamanya di Jakarta.
Menurut Gigi, ada banyak jenis sapi yang diternakkan. Antara lain, sapi brahman cross sebanyak 1.306 ekor dengan tingkat kelahiran 95 persen per tahun. Sedangkan untuk sapi Bali, jumlahnya ada 71 ekor dengan tingkat kelahiran 93 persen per tahun.
Jokowi sempat melihat-lihat kondisi kandang sapi. Binatang berkaki empat tersebut dikelompokkan dalam kandang sesuai dengan bobot tubuhnya. Ia bahkan sempat mengelus kepala seekor sapi.
Dia mengatakan, jika akan dikirim ke Jakarta, sapi tersebut sudah harus dalam kondisi siap olah. Pemprov DKI tak mau lagi menerima sapi dalam kondisi utuh.
Sebab, selain menambah sampah, pengiriman sapi dalam kondisi masih utuh sangat tidak efisien dan dapat menambah kemacetan di ibu kota.
Misalnya, apabila Lampung mengirim 100 ekor sapi hidup ke Jakarta, mungkin membutuhkan 20 truk. Namun, apabila yang dikirim adalah daging potong, bisa jadi hanya memerlukan tiga truk saja. Sehingga, jumlah kendaraan yang masuk ke Jakarta pun bisa dikurangi.
"Di Jakarta itu terlalu banyak lalu lalang komoditi pangan, tapi belum dalam keadaan yang siap digunakan," ujar mantan wali kota Solo tersebut.
Hal yang sama juga Jokowi katakan untuk komoditi sayur dan buah-buahan. Semua sayuran yang memiliki banyak limbah, seperti jagung dan kelapa, ketika masuk ke Jakarta sudah harus dalam keadaan bersih. Sehingga, volume sampah di pasar-pasar bisa berkurang.
"Jakarta itu menghasilkan sampah enam ribu ton per hari. Dua ribu ton sampah berada di pasar," kata dia.
Sementara, Sjachroedin ZP mengatakan, kerja sama dengan DKI dalam hal distribusi komoditi pangan juga akan memberikan kontribusi positif. Sebab, akan ada lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Misalnya, karena Jakarta menginginkan bahan pangan siap olah, maka kegiatan pembersihan daging mau pun sayur dilakukan oleh masyarakat Lampung.