Rabu 23 Apr 2014 00:27 WIB

Primata Endemik Jawa yang Nyaris Punah

Rep: C69/ Red: A.Syalaby Ichsan
Owa Jawa.
Foto: IST
Owa Jawa.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Di Pulau Jawa ini terdapat satwa endemik dari kelompok primata. Di antaranya ada Owa Jawa, Lutung Jawa dan Surili. Ketiganya hidup arboreal yang berpindah dari satu pohon ke pohon lain. Habitatnya adalah hutan dataran rendah sampai hutan di pegunungan.

Sayangnya, mereka kini termasuk ke dalam hewan yang dilindungi. Untuk Lutung Jawa dan Surili kini berstatus rentan. Sedang untuk Owa Jawa sudah dalam keadaan terancam punah (endangered).

Saat ini penyebaran Owa Jawa di alam hanya tersisa di kawasan hutan konservasi dan hutan lindung di Jawa Barat dan sebagian kecil di Jawa Tengah.

"Di Cagar Alam Gunung Tilu yang kawasannya dari Kawah Putih sampai Pangalengan saja kurang lebih tinggal 4000 ekor," ujar Asep Purwana, Selasa (22/4),  salah seorang Animal Keeper di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa (PRPJ).

Untuk membantu pengelolaan dan rehabilitasi satwa-satwa yang makin terancam itu sejak 2011 lalu PRPJ dibangun oleh Yayasan Aspinall.

Yayasan itu juga bekerja sama dengan Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) dan Perum Perhutani. Setelah masuk ke dalam rehabilitasi ini, nantinya satwa primata itu akan siap untuk dilepaskan ke habitat alaminya.

Warga sekitar tidak banyak yang tahu, karena letak PRPJ tersembunyi di balik kawasan Patuha Resort jalan Ciwidey-Ranca Bali. Penangkaran itu berdiri di atas lahan seluas 12 ha, di tepi hutan lindung Gunung Tikukur.

"Sengaja jangan banyak yang tahu, memang dijauhkan dari interaksi dengan manusia, semakin jarang ketemu manusia semakin dia kembali ke sifat liarnya, ini kan penangkaran, bukan kebun binatang," terang Asep sambil tertawa.

Dalam pusat rehabilitasi itu, terdapat satu bangunan kantor lapangan dan satu fasilitas klinik satwa. Satwa-satwa yang ada di sana 80% didapat dari hasil penyitaan di masyarakat wilayah Cianjur yang memelihara secara ilegal. Menurut keterangan Asep, masyarakat biasanya mendapatkan satwa itu dengan cara membeli dari pemburu dan pasar hewan.

Asep menjelaskan, owa yang biasa ditangkap adalah anak owa yang masih digendong induknya. Biasanya induk owa ditembak terlebih dahulu. Anak owa yang jatuh lebih mudah ditangkap karena belum bisa bergerak selincah sang induk.

Kini ada 23 satwa yang ditangkarkan. Di ataranya empat ekor Lutung Jawa, tiga Surili, dan sisanya adalah Owa Jawa yang dua di ataranya baru saja lahir. Untuk mendukung hal itu, PRPJ dilengkapi dengan tujuh kandang jaring, delapan kandang open top, dan enam kandang untuk karantina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement