REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, angka kemiskinan bertambah. Berdasarkan data yang dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta per September 2013, tercatat ada 375.700 jiwa (3,72 persen) penduduk miskin. Angka tersebut meningkat 0,02 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, yakni 366.770 jiwa (3,70 persen).
Jokowi mengatakan, sejumlah program yang dijalankan Pemprov saat ini pada akhirnya akan menekan angka kemiskinan tersebut. Misalnya, kata dia, program Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Dua kebutuhan dasar manusia tersebut, ujar Jokowi, ditanggung oleh Pemprov.
Selain itu, lanjut Jokowi, pihaknya juga tengah dalam proses memenuhi kebutuhan dasar manusia yang paling utama, yakni tempat tinggal. Menurut Jokowi, tahun ini Pemprov akan membangun rumah susun untuk pekerja kelas bawah. Sehingga, warga berpenghasilan rendah tak perlu lagi menyewa rumah dengan harga mahal.
Jokowi mengatakan, saat ini semua program-program tersebut memang belum terlihat efeknya dalam menekan angka kemiskinan. Sebab, KJS dan KJP baru berjalan 1,5 tahun. Sementara, rumah susun baru disediakan bagi sebagian kecil warga saja. Lagipula, kata dia, banyak faktor lain di luar kendali Pemprov yang bisa mempengaruhi angka kemiskinan.
"Kebutuhan dasar bukan itu saja kan. Masalah gaji, itu berpengaruh. Masalah inflasi yang tinggi, itu juga berpengaruh," kata gubernur yang dikenal dengan gaya blusukannya tersebut.
Sebelumnya, dalam rapat paripurna dengan DPRD DKI Jakarta, Jokowi membacakan laporan pertanggungjawabannya selama menjadi gubernur pada periode 2013. Salah satu poin yang disampaikan yaitu meningkatnya jumlah penduduk miskin sebanyak 0,02 persen.
Menurut Jokowi, ada dua hal yang menyebabkan hal itu terjadi, yakni inflasi yang tinggi dan indikator garis kemiskinan yang dinaikkan.
Dari sisi inflasi, kata dia, laju inflasi selama 2013 memang cukup tinggi, yakni mencapai 8,00 persen atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 4,52 persen. Sementara, pemerintah juga menaikkan indikator garis kemiskinan di Jakarta dari pendapatan Rp 392.571 per kapita per bulan pada 2012 lalu, menjadi Rp 434.322 per kapita per bulan pada 2013. Jika indikatornya dinaikkan, maka otomatis jumlah penduduk miskinnya pun akan bertambah.