Jumat 18 Apr 2014 12:57 WIB

Soal Koalisi Partai Islam, PKS: Bismillah, Jalan Saja Dulu

Rep: Joko Sadewo/ Red: Mansyur Faqih
Almuzzammil Yusuf
Foto: dokpri
Almuzzammil Yusuf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Almuzzammil Yusuf merekam banyak respon positif terkait wacana koalisi partai Islam. Khususnya untuk mengusung capres dan cawapres pada pilpres 2014. 

“Yang harus dipahami dari ide koalisi partai Islam ini adalah merubah peran partai-partai Islam dari sekedar penumpang yang diperebutkan oleh kendaraan/partai nasionalis menjadi sebaliknya. Yaitu, partai Islam berubah menjadi kendaraan besar yang mengarahkan konstelasi politik nasional," katanya, Jumat (18/4). 

Jika partai Islam terpecah, katanya, tak ubah seperti penumpang yang diperebutkan oleh pengemudi dan kondektur. Sebaliknya, jika bersatu maka sebagai pengemudi kendaraan besar dapat menawarkan program keumatan dan kebangsaan secara seimbang dan utuh. Beserta pelaku utamanya, baik sebagai capres atau cawapres kepada partai nasionalis.

Ia melihat adanya fenomena kenaikan perolehan suara partai Islam. Artinya, dukungan masyarakat tidak sepi kepada partai-partai Islam. 

"Angka di atas 30 persen suara pileg 2014 dari kelima partai Islam bukan jumlah yang kecil. Saatnya momentum ini diambil oleh pimpinan partai Islam dan didukung oleh ormas-ormas Islam dengan jaringannya menyebar di seluruh Indonesia," kata Wakil Ketua Komisi III DPR itu. 

Di luar hitungan politis, kata Muzzammil, pimpinan partai Islam perlu melihat koalisi ini dari keberkahan konsep berjamaah. 

“Bukankah kita diajarkan shalat berjamaah yang nilainya 27 kali lipat dari pada sholat sendiri. Demikian pula halnya dengan strategi koalisi partai Islam secara berjamaah.” Katanya.

Untuk itu, Muzzammil meminta kepada pimpinan partai Islam agar tidak memandang sebelah mata terhadap kekuatan umat. Termasuk juga tiddak apriori terhadap wacana ini. 

Bismillah, jalan kan saja dulu. Kita sudah menyaksikan beberapa fenomena pilkada yang dimenangkan calon tertentu tanpa diduga sebelumnya. Itu bukti, tidak ada yang mustahil dalam politik. Fenomena itu juga bisa berlaku dalam pilpres 2014," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement