Jumat 18 Apr 2014 00:51 WIB

Awasi Pangan agar Konsumen Tak Menjadi Silent Victim

Rep: C66/Puti Almas/ Red: Julkifli Marbun
Komoditas sayuran.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Komoditas sayuran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan adanya produk-produk pangan yang dijual ke masyarakat melalui para petani dadakan yang memanfaatkan lahan kosong di pinggir kali untuk bercocok tanam, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta agar pemerintah melakukan pengawasan terhadap produk-produk tersebut. YLKI khawatir jika produk-produk pangan segar yang selama ini beredar di masyarakat dikhawatirkan tidak layak konsumsi.

YLKI menilai selama ini banyak produk-produk pangan segar yang sangat tidak layak konsumsi. Hal ini didasarkan pada tingginya pemakaian pestisida pada tiap sayur dan buah yang dijual di masyarakat. YLKI meminta agar pemerintah melakukan pengawasan lebih ketat terhadap tiap sayur dan buah yang beredar di masyarakat, pengawasan tersebut harus berasal dari hulu atau sumber pangan tersebut.

“Pemerintah daerah setempat harus mengawasi segala jenis pangan segar yang ada di masyarakat, pemerintah harus memperhatikan sumber-sumber produk tersebut dengan seksama,” ujar Illyani, anggota pengurus harian YLKI yang melakukan pengawasan pada bidang pangan.

Kekhawatiran YLKI ini disebabkan oleh banyaknya temuan kandungan pestisida yang tinggi pada sayur dan buah yang ada saat pihaknya melakukan pemeriksaan secara independen di pasar-pasar tradisional. Dari sana, YLKI mengetahui sebagian pemasok sayur dan buah di pasar tersebut berasal dari petani-petani dadakan yang ada di pinggiran kali kota Jakarta.

“Kami belum mengetahui secara pasti apakah sayur yang mengandung pestisida ini pemasoknya berasal dari petani dadakan di kota Jakarta atau memang dari sawah yang ada di daerah-daerah,” ujar Illyani.

Dengan adanya temuan dari YLKI terhadap sayur dan buah yang banyak mengandung pestisida, Pihak YLKI meminta Kementrian Pertanian untuk bekerja sama dengan Pemerintah Daerah untuk menindaklanjuti hal ini secepatnya. Tentunya dengan melakukan pengawasan ke sumber di mana pangan tersebut berasal agar ketidaklayakan pangan ini bisa dicegah secepatnya. Selain itu hal ini semata-mata agar para konsumen pangan segar tidak lagi menjadi silent victim.

“Selama ini konsumen hanya diam karena melihat dengan kasat mata jika sayuran yang mereka beli segar, tapi kenyataannya tidak selalu demikian, di antara sayuran-sayuran yang segar tersebut ada yang berbahaya,” ujar Illyani.

Sementara terkait dengan adanya peredaran pangan segar yang tidak layak konsumsi, beberapa masyarakat yang menjadi pelanggan para petani dadakan mengatakan jika hal itu tidak mempengaruhi mereka untuk tetap berbelanja sayur dan buah pada para petani ini. Hal tersebut seperti yang dirasakan Rosia (28), salah satu warga di Kompleks Pondok Kopi Indah, Kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit. Ia mengaku sering berbelanja pada petani-petani dadakan dari pinggir kali KBT yang sering berkeliling menjual aneka sayur dan buah segar di kompleknya.

"Saya rasa sayur dan buah yang saya beli dari petani-petani dadakan ini lebih segar dan bersih dibanding saya belanja di supermarket apa pasar lain," ujar Rosia.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Resti (32),  warga Perumahan Malaka Country, Kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit. Ia menuturkan jika selama mengonsumsi sayur mayur dan buah yang berasal dari petani dadakan yang berada di sekitar tempat tinggalnya, Resti dan keluarganya merasa lebih sehat. Ia bahkan melihat jika sayur dan buah dari para petani dadakan yang bercocok tanam di pinggir kali KBTini lebih steril, tidak terkontaminasi dengan pestisida.

"Saya pernah liat mereka bercocok tanam, mereka cuma pakai pupuk organik aja, sayur dan buah yang saya beli dari mereka (petani dadakan) ini juga gak kaku, kelihatan baru dan segar," ujar Resti.

Selain tidak terpengaruh dengan isu mengenai banyaknya sayur dan buah tidak layak konsumsi yang salah satunya dapat berasal dari para petani dadakan ini, warga mengaku lebih memilih produk dari petani dadakan ini karena harganya yang lebih terjangkau. Alifa (30), salah satu warga Komplek Eramas 2000, Kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur mengatakan harga terjangkau sayur dan buah segar ini membuat ia memilih berbelanja pada para petani dadakan ini.

“Saya tetap lebih percaya untuk beli sayur yang dijual mereka (petani dadakan), rasanya jelas segar soalnya mereka biasanya baru petik langsung jual,” ujar Alifa menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement