REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Pemkot Balikpapan menetapkan status waspada setelah terjadi 636 kasus demam berdarah dengue (DBD) sejak Januari lampau hingga April 2014 dan enam orang meninggal.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan drg Dyah Muryani, sebelumnya hingga akhir Maret jumlah penderita DBD sudah mencapai 501 kasus, dengan 4 meninggal dunia. Dalam rentang sekitar dua minggu terjadi kenaikan jumlah penderita DBD di Balikpapan sebanyak 121 kasus dan 2 orang meninggal.
Ia menambahkan pada 2013 hingga akhir tahun terjadi 1.500 kasus. Namun pada 2014, hingga April sudah terjadi 636 kasus.
"Karena itu statusnya kita sudah masuk waspada, walaupun belum sampai pada KLB (kejadian luar biasa), kendati juga jumlah kejadiannya terus meningkat," kata Kepala DKK, Selasa (15/4).
Dalam lingkup Kalimantan Timur, angka-angka itu membuat Balikpapan menjadi kota dengan jumlah penderita terbanyak selain Samarinda.
Karena itu pula DKK terus melakukan upaya pencegahan selain menyediakan selurus fasilitas kesehatan untuk pengobatan. Fogging atau pengasapan, menurut drg Dyah, menjadi cara pencegahan yang utama selain gaya hidup yang rapi dan resik.
"Sebab nyamuk demam berdarah itu justru suka di lingkungan yang bersih dan tempat-tempat bersih," kata Kepala DKK.
Menguras tempat-tempat air bersih secara berkala menjadi keharusan. Menutup tempat air bersih juga wajib untuk mencegah nyamuk penyebab deman berdarah yang menjadi vektor atau hewan yang menularkan virus demam berdarah berkembang biak.
Segala macam barang yang bisa menjadi penampung air hujan yang kemudian menjadi tempat bertelur nyamuk juga harus disingkirkan, antara lain dengan cara dikubur atau dibuang ke tempat pembuangan sampah dengan sebelumnya dimasukkan ke dalam kantung plastik atau karung plastik. Fogging sendiri untuk membunuh nyamuk dewasa dan jentik-jentiknya.
Penderita DBD didominasi balita dan anak-anak. Mereka umumnya yang tinggal di wilayah-wilayah padat penduduk.
"Memang terbanyak balita dan anak-anak karena merekalah yang paling rentan daya tahannya," kata kepala DKK drg Dyah Muryani.