REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Warga Sleman yang tergabung dalam Agriculture Enterpreneur Clinic (AEC) mengembangkan padi jenis baru dari jenis padi Melati dari Menoreh (menur). Padi jenis baru tersebut dinamakan padi Syntia yang memiliki produktivitas tinggi dan berbulir bulat.
Nama padi Syntia diberikan oleh Wakil Gubernur DIY, Paku Alam IX saat meresmikan teknologi padi istimewa dan gerakan petani cerdas di Dusun NGalangan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Senin (14/4).
Pendiri AEC, Arif Budiman mengatakan padi Syntia memiliki kelebihan seperti padi menur yang memiliki bulir padi banyak. Setiap malai (sekumpulan bunga padi) memiliki 300 bulir. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan jenis padi IR 64 yang setiap malai memiliki 160-165 bulir padi.
Jumlah malai tiap rumpun juga banyak yakni mencapai 60 malai tiap rumpun. Arif mengatakan satu hektare tanah bisa terdapat 10 ribu batang malai padi. "Jumlah panen tertinggi padi Syntia bisa mencapai 14,6 ton per hektare, sementara yang terendah 8,5 ton per hektare," ungkapnya, Senin.
Jenis padi Syntia memiliki perbedaan dengan menur. Bulir padi Syntia lebih besar dan bulat dibandingkan menur yang memiliki bulir memanjang. Sementara, biji Syntia juga lebih berat. "Rasa nasi dari padi Syntia juga pulen," ujar Arif.
Pengembangan padi jenis baru tersebut dilakukan dengan teknologi Sistem Tanam Padi Organik Intensif. Padi jenis Syntia ditanam dengan metode telapak macan. Metode tersebut dilakukan dengan menanam tiga batang padi dalam satu rumpun.
Metode tersebut dinilai Arif dalam menghasilkan padi yang lebih sehat dan tahan hama penyakit. "Kami menonjolkan penanaman organik dengan pupuk kandang," ujarnya.
Padi jenis Syntia telah ditanam di berbagai wilayah di Sleman diantaranya Wedomartani ( Kecamatan Ngemplak), Selomartani ( Kecamatan Kalasan), Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Turi, dan Kecamatan Ngaglik. Padi menur semula ditanam di Kulonprogo.