REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pakar teknologi pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Prof Dr Gunawan Somodiningrat menilai rendahnya produksi padi disebabkan beberapa hal antara lain yakni adanya serangan organisme pengganggu tanaman.
"Selain itu juga karena belum diterapkannya inovasi teknologi budidaya serta pemilihan benih varietas unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim," kata Gunawan di Sleman, Senin (14/4).
Menurut dia, kualitas lahan yang menurun akibat penggunaan input kimia yang berlebihan juga menjadi penyebab rendahnya produksi padi. "Kemudian sempitnya lahan akibat alih fungsi lahan pertanian, penguasaan teknologi oleh petani yang masih rendah, dan beberapa faktor lainnya," katanya.
Ia mengatakan, rendahnya kualitas beras mengakibatkan persentase rata-rata beras pecah di DIY mencapai 35 persen dari keseluruhan beras yang digiling.
"Perlu adanya pembinaan intensif kepada petani untuk membuat persentase tersebut ?turun hingga ?mencapai 25 persen bahkan bukan mustahil bisa ditekan hingga angka 15 persen," katanya.
Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Paku Alam IX, mengatakan pembangunan pertanian memegang peranan penting dalam rangka mencapaian target produksi pangan, sekaligus berperan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Sektor pertanian juga masih merupakan sektor yang dapat menampung tenaga kerja cukup besar, hal tersebut menunjukkan serapan tenaga kerja di sektor pertanian cukup potensial," katanya.
Ia mengatakan, hal tersebut juga menunjukkan masih banyak ruang dari sektor pertanian yang perlu untuk dikembangkan.
"Dari berbagai pengalaman pembangunan selama ini, maka pembangunan pertanian harus dimulai dari desa, sebagai upaya guna menekan laju urbanisasi, serta ketimpangan sosial ekonomi masyarakat, baik struktural maupun spasial," katanya.