Ahad 13 Apr 2014 18:07 WIB

Puluhan Ribu Limbah Kondom Cemari Semarang

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Joko Sadewo
Kondom (ilustrasi)
Foto: IST
Kondom (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Limbah kondom bekas pakai menjadi permasalahan baru bagi Kabupaten Semarang. Keberadaan limbah ini kian mencemari lingkungan dan menimbulkan gangguan sosial.

 

Berdasarkan catatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Semarang setempat mencatat sedikitnya ada 13 ribu kondom bekas pakai yang berasal dari tiga kawasan ‘hot spot’ penggunaan kondom ini.

 

Masing- masing di lokalisasi Gembol, Tegalpanas, dan Kawasan Bandungan. Untuk mencegah penularan HIV/AIDS, KPA Kabupaten Semarang mendistribusikan 13 ribu kondom di kawasan beresiko tinggi ini.

 

Masing- masing 7 ribu kondom di lokalisasi Gembol dan Tegalpanas serta 6 ribu kondom di Bandungan. Hanya saja, ketiadaan tempat pembuangan khusus dan pengelohan limbah kondom bekas ini membuat khawatir banyak pihak. “Selain akan mencemari lingkungan dan menimbulkan persoalan sosial di tengah masyarakat,” jelas Divisi Program KPA Kabupaten Semarang, Taufik Kurniawan, Ahad (13/4).

 

KPA, tambah Taufik, tidak mendata jumlah kondom yang digunakan secara mandiri oleh para PSK. Namun 13 ribu kondom ini merupakan angka serapan setiap bulan.

 

Angka tinggi serapan kondom di lokalisasi, tambahnya, bagi KPA maupun pemerintah dapat diartikan positif dalam rangka mencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS.

 

Di lain pihak, muncul persoalan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya berupa tidak tersedianya tempat pembuangan khusus bagi limbah kondom ini. “Akibatnya, kondom bekas dibuang sembarangan, termasuk di selokan- selokan.  Kadang juga ditemukan anak- anak kecil di sembarang tempat,” lanjutnya.

Menyikapi permasalahan ini, masih ungkap Taufik, KPA Kabupaten Semarang akan membawa penanganan limbah kondom ini menjadi salah satu isu di forum KPA Nasional. Sebab tak hanya mencemari lingkungan, sejumlah lembaga pendidikan di sekitar tiga lokasi tersebut mengaku khawatir dampaknya bagi perubahan anak-anak didik mereka.

 

“Karena kondom- kondom bekas ini gampang didapati di sekitar lingkungan mereka karena pembuangannya yang tak tertangani dengan baik,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement