REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG - Warga di sekitar Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Cipeucang, RT 04 RW 04, Kelurahan Serpong, Tangerang, Banten, mengeluhkan bau busuk yang menyengat dari TPS tersebut. Warga juga curiga banyaknya lalat menjadi penyebab anak-anak di sekitar TPS sering sakit.
“Anak saya satu bulan sampai tiga kali ke puskesmas,” kata Maemunah (46), warga sekitar TPS, Rabu (9/4).
Ia mengaku kesal dan terganggu dengan banyaknya lalat yang berseliweran di rumahnya. Ia khawatir pelanggannya lari. “Saya kan jualan minuman begini takut nggak ada yang mau beli karena banyak lalat,” kata dia.
Tiap hari ia dan keluarganya dipaksa mencium bau tidak sedap dari sampah di TPS. “Kalau pagi bukannya hirup udara segar, tapi malah bau sampah. Bau sampah saja terus 24 jam, apalagi kalau hujan,” kata ibu dua anak itu.
Pengelolaan sampah di TPS Cipeucang, diakui Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tangerang Selatan Taher Rochmadi, masih belum maksimal. Pengelolaan TPA seluas dua hektare itu hanya menggunakan alat berat.
Taher mengakui pihaknya belum mampu mengelola sampah secara canggih. “Kita butuh Rp 1,5 triliun untuk alat pembakaran sampah. Itu harga yang cukup fantastis,” kata dia, Rabu (9/4).
Ia berkata, warga di sekitar TPA Cipeucang mendesak pengolahan sampah yang modern agar tidak menimbulkan bau busuk. Bukan pengolahan sampah yang hanya diuruk dan ditimbun.
Namun, dibutuhkan 500-1.000 ton sampah per hari yang ditampung di TPA Cipeucang agar biaya yang dikeluarkan tidak mubazir. Saat ini, TPA Cipeucang baru mencapai 100 ton per hari.
Taher mengungkapkan, saat ini sudah ada pihak swasta yang mengajukan penawaran kerja sama dalam pengolahan sampah. Menggandeng pihak swasta, menurut Taher, merupakan solusi untuk mengurangi penggunaan APBN yang terlalu tinggi.