REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menawari keluarga Nurul Fariatul Hasanah untuk tinggal di rumah susun (rusun). Sebelumnya, siswa kelas XII SMA Negeri 3 Surabaya itu sempat berniat jual ginjal.
Sebenarnya, kata dia, kepala sekolah SMP 4 Surabaya telah memberikan uang transportasi untuk ayah Nurul, Didik Susanto supaya dapat bekerja. Didik memang menjadi guru di SMP 4 Surabaya.
Tetapi, lanjutnya, bantuan itu ternyata tidak banyak membantu. Karenanya, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Iksan telah mnemui Didik dan menawarinya untuk dimutasi di SMP yang letaknya dekat rumah kontrakan mereka.
"Kami (Pemkot Surabaya) juga telah menawari keluarga Nurul untuk tinggal di rusun," ujarnya saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (7/4).
Semua tawaran bantuan itu semata-mata untuk membantu keluarga Nurul yang didera kesusahan. Selama ini, Nurul dan keluarganya tinggal di rumah kontrakan kecil.
Namun, Risma enggan untuk menjenguk Nurul bersama keluarganya. "Kalau kalian (wartawan) menyuruh saya jenguk Nurul, saya malah tidak mau ke sana. Saya kalau mau menjenguk ke sana tidak mau dipublikasi," katanya.
Nurul merupakan putri sulung dari Didik Sutanto yang kini sedang menderita stroke. Tak hanya Didik, istrinya Nur Hayati menderita kista rahim. Adik Nurul, Ayu yang duduk di bangku sekolah dasar juga kini terserang kanker getah bening dan tumbuh benjolan di sekitar lehernya.
Adik bungsunya juga sampai saat ini belum sekolah karena menderita autis. Keluarganya juga dikejar-kejar rentenir karena sudah menunggak hutang hingga puluhan juta rupiah.
Nurul pun menyerah dan tak ada pilihan lain kecuali berencana menjual ginjalnya seharga Rp 70 juta untuk menanggung hutang sekaligus pengobatan keluarganya. Keinginannya sempat disampaikan kepada teman-teman sebayanya di sekolah.
Meski disarankan agar tidak menjual ginjal, Nurul tetap kukuh. "Saya sudah tak tega melihat penderitaan kedua orang tua. Apalagi jika melihat adik saya yang setiap hari mengeluh kesakitan," kata Nurul.