REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, belum ada pembicaraan di internal pemerintah ihwal harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang didengung-dengungkan akan dinaikkan pada tahun ini. Meskipun begitu, Chatib menyebut pemerintah tidak menutup kemungkinan untuk mengambil kebijakan yang kerap dinilai tidak populis tersebut.
Demikian disampaikan Menteri Keuangan Chatib Basri dalam diskusi bertajuk "Menyongsong Peta Baru Kebijakan Ekonomi Indonesia" di Jakarta, Senin (7/4). "Saya tetap gak bilang BBM akan dinaikin atau tidak dinaikin tahun ini. Saya bilang jangan rule out (tutup) kemungkinan itu," kata Chatib menanggapi pertanyaan media.
Menurut Chatib, pemerintah, termasuk Kementerian Keuangan, senantiasa melakukan kajian terkait subsidi BBM dengan cermat dan hati-hati. Apakah hal tersebut terkait dengan pengenaan subsidi tetap (misalnya Rp 2.000 per liter), penyesuaian harga maupun imbasnya terhadap inflasi. "Itu mesti diperhatikan," ujar Chatib.
"Tapi, jangan rule out possibility ini. Sehingga, saya gak mau bilang kalau misalnya gak ada kemungkinan (kenaikan harga BBM) dilakukan pada tahun ini atau tahun depan. Saya gak bilang mengenai timing. Yang kita lakukan adalah exercise-nya, tapi setiap waktu kita lakukan exercise mengenai itu," kata Chatib.
Dalam kesempatan yang sama, mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini membantah apabila mekanisme subsidi tetap akan diajukan dalam revisi APBN 2014. Sebagaimana penyesuaian harga, Chatib mengatakan, mekanisme subsidi tetap untuk BBM harus dipelajari dengan baik.
"Ini rasionalnya. Kalau rupiahnya menguat terus, kalau subsidi tetap itu pengurangan subsidinya gak banyak karena yang terjadi adalah harga BBM-nya itu juga akan ikut turun," kata Chatib.
Subsidi tetap adalah subsidi dengan nilai tetap untuk setiap liter BBM bersubsidi. Jika harga keekonomian BBM adalah Rp 9.000 per liter, maka dengan subsidi tetap misalnya Rp 2.500 per liter, harga yang dibayarkan konsumen adalah Rp 6.500 per liter.
Subsidi tetap BBM pernah diusulkan dalam RAPBN 2014, namun urung dilanjutkan pembahasannya. Saat ini, subsidi tetap telah diberikan kepada BBN Rp 3.000 per liter dan LGV Rp 1.500 per liter. Berdasarkan data otoritas fiskal, realisasi belanja subsidi BBM secara kumulatif sejak 2008 hingga 2012, realisasi subsidi telah menyentuh Rp 643,5 triliun.
Sedangkan realisasi subsidi BBM dalam APBN-P 2013 sampai dengan 31 Desember 2013 mencapai Rp 210 triliun. Angka ini berpotensi mencapai sekitar Rp 240 triliun hingga Rp 250 triliun seiring pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sepanjang 2013 mencapai Rp 10.452 per dolar AS atau lebih tinggi dibanding patokan dalam asumsi dasar ekonomi makro yaitu Rp 9.600 per dolar. Dalam APBN 2014, pagu subsidi BBM tercatat Rp 194,89 triliun.