Rabu 02 Apr 2014 09:20 WIB

Produksi Gula Nasional 2014 Diprediksi Naik

Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)
Foto: fxcuisine.com
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  SURABAYA -- Produksi gula nasional dari hasil penggilingan tebu pada 2014 diprediksi naik dibandingkan tahun lalu.

Senior Advisor Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Adig Suwandi saat dihubungi di Surabaya, Selasa (1/4), mengemukakan produktivitas tebu pada giling kali ini kemungkinan sedikit turun, tetapi rendemen (kadar gula dalam tebu) diperkirakan mengalami kenaikan kendati tidak setinggi tahun 2012.

"Dari hasil kompilasi taksasi Maret 2014 pada semua pabrik gula, menunjukkan luas areal budidaya tebu mencapai 472.792 hektare, jumlah tebu digiling 26.182.325 ton dan gula yang dihasilkan lebih kurang 2.927.486 ton," tuturnya.

Adapun produktivitas tebu diproyeksikan 76,5 ton per hektare, dengan rendemen 8,09 persen dan hablur 6,2 ton per hektare. "Jika produksi gula sebanyak itu dapat direalisasikan, praktis Indonesia pada tahun 2014 telah mampu menutup semua kebutuhan gula konsumsi secara mandiri, dengan asumsi kebutuhan nasional sejumlah 2,6 juta ton," tambah Adig.

Seandainya terjadi koreksi sekitar 5-10 persen, lanjut Adig, produksi gula masih akan setara 2,6 juta-2,78 juta ton.

"Jumlah itu juga masih dalam batas aman untuk swasembada," ujar Adig yang juga Sekretaris Perusahaan PT Perkebunan Nusantara XI (Persero).

Data Dewan Gula Indonesia (DGI) mencatat sentra produksi gula masih terpusat di Pulau Jawa, dengan rincian luas areal budidaya tebu 305.302 hektare, jumlah tebu digiling 23.381.748 ton dan gula dihasilkan 1.870.890 ton.

Sementara di luar Jawa, luas areal budidaya tebu sekitar 157.490 hektare, jumlah tebu digiling 22.800.577 ton dan gula dihasilkan 1.056.596 ton.

Adig Suwandi mengatakan di sejumlah wilayah historis pabrik gula, terutama di Pulau Jawa, luas areal tebu rakyat diperkirakan mengalami penurunan akibat harga gula yang kurang kondusif dan nisbi tidak menguntungkan selama giling 2013.

"Sebagian petani tidak melakukan ekspansi areal budidaya. Kalau pun masih ada tebu dikelola, sebagian besar berasal dari keprasan yang memang tingkat pemeliharaannya memerlukan biaya lebih murah, minimal tidak perlu membeli bibit," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement