Selasa 25 Mar 2014 16:09 WIB

Malaysia Tak Keluarkan Data Sebelum Bukti Kuat Penemuan MH370

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
    Australian Maritime Safety Authority (AMSA) menunjukkan perkiraan posisi objek mengapung yang diduga bagian dari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang di selatan Samudra India.
Foto: AP Photo/Australian Maritime Safety Authority
Australian Maritime Safety Authority (AMSA) menunjukkan perkiraan posisi objek mengapung yang diduga bagian dari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang di selatan Samudra India.

REPUBLIKA.CO.ID, Operator satelit Inggris, Inmarsat telah mengeluarkan data analisis pada 11 Maret, empat hari setelah pesawat hilang Malaysia Airlines MH370 pada 8 Maret 2014. Inmarsat membagi data tersebut dengan perusahaan rekanan termasuk data-data lain yang mengindikasi keberadaan MH370.

Data analisis tersebut termasuk peta arah kemungkinan laju pesawat yaitu 3000 mil ke arah koridor utara dan selatan dari titik terakhir keberadaan pesawat. Informasi ini telah disampaikan pada Malaysia pada 12 Maret. Inmarsat juga membagi informasi yang sama kepada pihak keamanan dan keselamatan Inggris pada Rabu.

Setelah menerima data, Pemerintah Malaysia fokus pada penguatan data dan membuat kesepatan dengan pihak internal terkait informasi yang akan dikeluarkan. Malaysia akhirnya tidak mengeluarkan informasi dari Inmarsat hingga 15 Maret dalam konferensi pers dengan Perdana Menteri Najib Razak.

Akhirnya pencarian ke area baru mulai dilakukan berdasarkan informasi Inmarsat setelah itu. Banyak waktu dan tenaga terbuang untuk investigasi di tempat yang tidak seharusnya. Pasalnya, 12 hari setelah pesawat raib, pihak penyelidik masih saja mencari lokasi terakhir pesawat.

Sementara pemerintah Cina terus mendesak Malaysia untuk berbagi informasi dengan detail. Perdana Menteri Cina Li Keqiang mendesak Najib untuk menyediakan informasi lebih detail, termasuk informasi dari pihak ketiga dalam waktu yang segera.

Pada 10 Maret, Chris McLaughlin Wakil Presiden Senior Inmarsat mengatakan mereka mulai meramalkan kemungkinan lokasi pesawat dengan mengubah arah dan jarak pesawat terhadap satelit. Orbit satelit tersebut berada di 22 ribu mil di atas titik Samudra Hindia. Saat itu, pencarian masih dilakukan di semenanjung Melayu.

Malaysia lebih memilih untuk tidak mengungkapkan data mentah jika tidak dicek dulu dengan mitra internasional seperti dengan U.S. National Transportation Safety Board and the Federal Aviation Administration.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement