Jumat 21 Mar 2014 23:10 WIB

Alasan PDIP Dorong Jokowi Dekati Islam

 Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kiri) berbincang bersama Ketua Muhammadiyah Din Syamsudin, usai melakukan pertemuan tertutup di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (20/3).  (Republika/Tahta Aidilla)
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kiri) berbincang bersama Ketua Muhammadiyah Din Syamsudin, usai melakukan pertemuan tertutup di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (20/3). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- PDI Perjuangan (PDIP) memandang perlunya kembali pada jejak sejarah bangsa. Yaitu, dengan menempatkan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai bagian penting tiang penyangga NKRI.

Demikian garis politik ketua umum DPP PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri sepreti disampaikan sekjen Tjahjo Kumolo, Jumat (21/3). Tjahjo mengemukakan hal itu setelah pertemuan Joko Widodo dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di Jakarta, Kamis (20/3).

Malam harinya (20/3), Jokowi juga melakukan pertemuan dengan Kiai Haji Mustofa Bisri (Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) di Pesantren Roudlotut Tholibin Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Jokowi juga dijadwalkan bertemu dengan tokoh agama lainnya. Pertemuan itu merupakan bagian dari kesadaran politik kader PDIP terhadap jejak sejarah bangsa.

"PDIP dan Pak Jokowi melihat bahwa NU dan Muhammadiyah adalah dua organisasi utama umat Islam yang telah memberikan kontribusi besar bagi tegaknya Republik Indonesia dan menjadi pilar pemersatu bangsa," tegas Tjahjo.

Dalam kedua pertemuan itu, kata Tjahjo, terdapat kegelisahan dan kepedulian yang sama dalam melihat realitas kehidupan bangsa dan negara saat ini.

PDIP, Muhammadiyah, dan NU berpandangan, pilar bekerjanya ekonomi rakyat yang dahulunya digerakkan oleh NU dan Muhammadiyah, kini telah tergantikan oleh jejaring produk impor.

Ketiganya juga berpendapat, telah terjadi krisis keteladanan dan karakter bangsa. Krisis ini muncul sebagai akibat dari upaya sistematis yang tidak melibatkan kedua organisasi umat Islam terbesar di Indonesia tersebut dalam membicarakan persoalan bangsa.

PDIP pun mengambil sikap. Antara lain akan menuntaskan agenda kebangsaan jika menang pemilu. "Agenda itu, di antaranya menciptakan lapangan kerja bagi rakyat serta mewujudkan kehidupan rakyat yang cukup sandang, pangan, dan papan," katanya.

PDIP juga membangun komitmen kebangsaan dengan NU dan Muhammadiyah. Yaitu untuk melakukan kaderisasi kepemimpinan nasional agar dalam kehidupan politik ke depan muncul pemimpin nasional yang memiliki watak, jati diri, kewibawaan, berakhlak mulia, dan berani bertanggung jawab untuk mengemban masa depan bangsa dan negaranya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement