Jumat 21 Mar 2014 20:51 WIB

Dieksploitasi Perusahaan AMDK, Masih Amankan Pasokan Air Sukabumi?

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Joko Sadewo
air tanah
air tanah

REPUBLIKA.CO.ID,  SUKABUMI—Sebanyak 20 perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) beroperasi di wilayah utara Kabupaten Sukabumi. Mereka mayoritas mengeksploitasi air di Kecamatan Cidahu dan Cicurug.

 

"Memang perusahaan Aqua yang paling banyak mengambil air," kata Kepala Dinas Pengelolaan Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sukabumi, Adi Purnomo, kepada Republika, Jumat (21/3). Sementara produsen AMDK lainnya yakni perusahaan Pocari Sweat atau PT Amerta Indah Otsuka, Indolakto, You C-100, dan Kratingdaeng.

 

Perusahaan AMDK itu kata Adi, sudah mendapatkan perizinan dari pemerintah sesuai dengan mekanisme yang ada. Namun, upaya pengambilan air ini harus dibarengi dengan kewajiban untuk membuat sumur resapan dan membayar pajak progresif sesuai dengan jumlah air yang diambil.

Ditambahkan Adi, perusahaan AMDK tersebut mengambil air tanah bukan bersumber dari air permukaan. Sehingga sebenarnya tidak menganggu pasokan air bersih bagi warga di sekitar pabrik.

 

Adi menerangkan, di Kabupaten Sukabumi terdapat dua jenis air tanah yakni Cekungan Sukabumi dan Cekungan Jampang. Rata-rata perusahaan AMDK saat ini rata-rata mengambil air di Cekungan Sukabumi.

 

‘’Dari hasil kajian, potensi air tanah Cekungan Sukabumi sebesar 34 juta meter kubik,’’ terang Adi. Sedangkan yang dizinkan untuk eksploitasi hanya sebanyak 12 juta meter kubik. Sehingga masih ada tersisa sebanyak 22 juta meter kubik air tanah di kawasan Cidahu dan Cicurug.

 

Menurut Adi, peristiwa kekeringan yang terjadi di kawasan Cidahu dan Cicurug biasanya terjadi pada musim kemarau. Dampaknya, terjadi penurunan debit air tanah. Sebaliknya, pada musim hujan terjadi peningkatan debit air tanah dibandingkan sebelumnya.

 

Diakui Adi, pemkab memandang wajar adanya anggapan bahwa eksploitasi air menyebabkan pasokan air bersih kepada warga berkurang. Faktanya, kata dia, masih ada jutaan meter kubik air tanah yang masih tersisa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement