REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Mohammad Joesoef menolak Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mundur dari jabatannya terkait pencapresan. "Jika memang Jokowi memilih melepas kepercayaan masyarakat tentu banyak yang tercederai," kata Joesoef di Jakarta, Kamis.
Joesoef yang juga Presiden Lumbung Informasi Rakyat (Lira) bersama sejumlah massa Lira melakukan aksi damai di depan Balaikota. Aksi tersebut juga merupakan kegiatan kampanye terbuka caleg DPD RI nomor urut 19 itu yang dimanfaatkan dengan melakukan penyaluran aspirasi warga Jakarta yang menginginkan Jokowi tetap memimpin ibu kota hingga akhir masa jabatannya.
Joesoef menjelaskan latar belakang penolakan tersebut di antaranya, untuk memimpin Jakarta dibutuhkan figur yang kuat, merakyat, bersih dan punya komitmen yang tinggi untuk membenahi Jakarta. "Terpilihnya Jokowi menjadi gubernur karena Jakarta membutukan pemimpin yang 'super'. Masyarakat sudah memasrahkan dan memberikan mandat pembenahan Jakarta kepada Jokowi," katanya.
Selain itu, Jokowi juga merupakan simbol kepercayaan warga Jakarta. Jika kemudian Jokowi mengingkari komitmen dan sumpahnya, Jokowi akan dinilai sama seperti tokoh-tokoh lain yang janjinya tidak bisa dipegang.
"Masyarakat akan menilai Jokowi tidak lebih dari pemimpin yang hanya mengejar kekuasaan demi kepentingan pribadi dan kelompoknya. Padahal Kota Jakarta masih membutuhkan seorang Jokowi," katanya.
Lebih lanjut, jika Jokowi tidak mengindahkan aspirasi masyarakat Jakarta, kemungkinan akan terjadi penolakan terhadap Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. "Siapapun DPD yang terpilih membutuhkan mitra yang visioner dan Jokowi adalah orang yang tepat. Saya selaku caleg DPD menilai figur Jokowi masih belum tergantikan," kata Joesoef.