REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Tak ada rotan akarpun jadi. Barangkali berangkat dari peri bahasa inilah, konsumen bumbu dapur menerapkan diri. Lantaran harga cabe setinggi langit, pembeli beralih membeli 'cabe busuk'.
Saat ini, pembeli kurang mempedulikan komoditas bumbu masak dapur itu dalam kondisi segar, layu, atau busuk sekalipun. Dalam kondisi harga cabe mahal, harga cabe busuk atau layu menjadi idola pilihan konsumen.
Cabai busuk menjadi idola pilihan sejumlah warga ditengah mahalnya harga cabai kualitas baik. Bahkan, dalam satu hari, seorang pedagang mampu menjual 10 kilogram cabai busuk.
Salah satu pedagang tersebut, Lasmini (50). Ia menjelaskan, cabai busuk bukan-lah cabai yang benar busuk. Namun, cabai sortiran atau sisa cabai yang tidak laku terjual. Oleh Lasmini, cabe ini dikeringkan agar tidak semakin membusuk. ''Satu hari rata-rata bisa jual 10 kg cabai busuk. Karena banyak yang mencari sebagai alternatif, meski busuk tetap saja laku,'' katanya.
Lasmini yang telah berdagang sayur mayur bertahun-tahun ini mengatakan, ''stok cabai tidak dapat bertahan lama karena cuaca ekstrim. Hal ini membuat cabai cepat busuk.
Seperti diketahui, kondisi kualitas komoditas cabai dipengaruhi oleh cuaca. ''Jika cuacanya bagus, kualitas panen cabai cukup baik. Dan, bisa bertahan sampai tiga hari. Namun, jika jelek, biasanya dua hari sudah busuk,'' ujar Lasmini.
Pembeli di Pasar Gede Klaten, Siti Warsiti (45) mengatakan, meski membeli cabai busuk dengan harga murah tidak lantas serta merta ia menggunakan seluruh cabai tersebut untuk warung makan. Ia masih harus memilah-milah cabai layak pakai diantara cabai busuk tersebut. ''Tidak bisa semua langsung dibuat sambal. Dipilah dan dimasak dulu, karena cabai sangat mahal,'' katanya.
Sejumlah pedagang pasar tradisional di Klaten mengatakan, harga cabai busuk hanya Rp 10 ribu per kilogram. Sedangkan harga cabai kualitas baik mencapai lebih dari Rp 70 ribu per kilogram.