REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif mengatakan pemadaman kebekaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah titik di Provinsi Riau sudah mencapai 90 persen.
"Tidak ada laporan titik api yang masih tersisa, tetapi hotspot tidak hanya berbentuk api. Bisa juga di dalam tanah," ujarnya di Padang, Selasa (18/3) malam.
Ia mengatakan, wilayah yang masih "kebal" terhadap proses pemadaman terletak di sekitar Kabupaten Siak. Di daerah itu, kedalaman lahan gambut mencapai 5 meter. Diperkirakan, masih ada api di bawahnya.
Sampai saat ini, proses pemadaman masih terus berlangsung degan cara membuat hujan buatan. Sampai saat ini, BNPB telah menyemai 40 ton garam (NaCl) serta 1312 kali bom air yang dijatuhkan dari pesawat.
Ia menjelaskan, penanganan pemadaman kebakaran hutan di Riau akan dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama hingga pertengahan April, sekitar 2000 personel TNI akan dikerahkan.
Kemungkinan, BNPB akan kembali menambah personel pada tahap kedua yang berlangsung pada pertengahan April hingga September. Menurut prakiraaan BMKG, musim kering akan terjadi kembali mulai Mei sampai September.
Operasi itu akan dilakukan pada sembilan provinsi di Indonesia yakni, Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
"Riau yang masih akan menjadi prioriotas perhatian BNPB yang bekerja sama dengan Kementrian Kehutanan" Kata Syamsul.
Meski saat ini intensitas asap sudah mulai berkurang, namun Syamsul Maarif yang bergelar adat Yang Dipertuan Raja Maulana Pagar Alam itu mengaku masih belum puas terhadap penanganan yang yang sudah dilakukan sebab masih adanya asap.
Ke depan, langkah yang dilakukan BNPB adalah membentuk satuan pemburu yang berpatroli siang mlalam guna mencegah adanya pihak yang membakar hutan.
"Prinsipnya, asap akan hilang kalau tidak ada yang membakar (hutan)," ujarnya.