Selasa 18 Mar 2014 14:55 WIB

Judul Sinetron Diminta Tak Singgung Agama

Polisi berlindung dari lemparan masa di depan PN Temanggung saat terjadi kerusuhan pada sidang vonis kasus penistaan agama, Selasa (8/2).
Foto: Antara
Polisi berlindung dari lemparan masa di depan PN Temanggung saat terjadi kerusuhan pada sidang vonis kasus penistaan agama, Selasa (8/2).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Pinandita Pasek Swastika meminta stasiun televisi tidak memutarbalikan sejarah. Khususnya ketika menyiarkan sinetron, seperti Angling Darma.

Karena, hal ini bisa berdampak terhadap kerukunan antarumat beragama di Tanah Air. "Kami berharap rumah produksi dan stasiun televisi sebelum melakukan pengambilan gambar dan menyiarkan melakukan kajian dari fakta atau sejarah tersebut. Tujuanya agar tidak sampai terjadi ketersinggungan antarumat beragama," katanya di Denpasar, Selasa (18/3).

Saat ini, katanya, banyak sinetron yang terkait dengan perjalanan agama Hindu. Namun sudah melenceng dari alur cerita yang ada ditulis dalam buku tersebut.

"Kami menyadari itu adalah sebuah hiburan untuk masyarakat. Namun dalam pengkemasnya harus sesuai dengan alur ceritanya. Jangan hanya sekadar mementingkan atau meningkatkan rating pemirsa saja. Tapi mereka harus tahu etika dan moral jika menyinggung dengan kepercayaan yang diyakini," katanya.

Ia pun berharap, rumah produksi melakukan kajian dan berkoordinasi dengan pihak terkait sebelum melakukan pengambilan gambar. Sehingga sinetron tersebut tanpa mencederai umat yang lain.

"Indonesia adalah negara pluralisme. Karena itu kita berharap tidak ada sampai sinetron atau film yang dibuat bertema sejarah, bertentangan dengan sejarah yang telah ditulis ke dalam buku," ucapnya.

"Kami berharap PH membuat sinetron berjudul sejarah agama, tetapi isinya jangan melenceng dari kenyataan. Bahkan membenturkan dengan agama yang ada di Indonesia. Ini artinya mengkhianati bangsa sendiri," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement