REPUBLIKA.CO.ID, NGAMPRAH— Pemadaman listrik terjadi beberapa kali di sebagian kawasan Kabupaten Bandung Barat sejak dua bulan yang lalu. Pemadaman tersebut menyebabkan beberapa industri konveksi di kawasan setempat lumpuh.
Salah satunya dialami konveksi Al-Alif yang terletak di RT 1 RW 3 Jalan Raya Sasakbubur Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Pemadaman listrik yang terjadi sempat terjadi hampir seharian tersebut menyebabkan proses produksi terhenti.
“Biasanya dalam sehari, kita menghasilkan 100 potong baju jadi, tapi kalau ada pemadaman, produksi jadi terhambat,” kata pemilik konveksi Reni Kurniawati (38 tahun) kepada //Republika// pada Selasa (18/3).
Selain menghambat produksi, kata Reni, pemadaman listrik juga membuat ratusan karyawannya tidak bisa bekerja, mengingat kegiatan di konveksi banyak mengandalkan alat-alat yang menggunakan listrik. Alat-alat tersebut di antaranya mesin jahit listrik dan setrika listrik.
“Kita mempekerjakan 80-100 orang karyawan. Kalau listrik padam, otomatis mereka libur dan tidak dapat penghasilan,” ujarnya.
Karena, sistem penggajian di konveksi Al-Alif menggunakan sistem upah. Di mana besar kecilnya penghasilan karyawan bergantung dari berapa potong baju yang berhasil diselesaikan. “Kalau ada pemadaman, biasanya dari PLN (perusahaan Listrik Negara/red.) memberitahu kita dulu, tapi alasannya tidak dijelaskan,” lanjutnya.
Pemadaman terjadi beberapa kali sejak dua bulan yang lalu selama berjam-jam. “Sempat dua bulan lalu paling parah, dari jam sembilan pagi sampai jam empat sore,” katanya. Ketika pemadaman terjadi, ia hanya bisa pasrah. ia menduga, pemadaman dilakukan karena ada kerusakan di gardu akibat hujan yang terjadi akhir-akhir ini. “Hujan besar sering dibarengi petir dan geledek. Mungkin gardu listrik ada yang rusak,” katanya.
Hambatan serupa akibat pemadaman listrik juga dirasakan sejumlah warga. Salah satunya Rani Rahmawati (23), warga Sasak Bubur yang tinggal tidak jauh dari industri Konveksi Al-Alif. Pemadaman listrik yang sempat memakan waktu hampir seharian itu membuatnya kesulitan air dan memasak.
“Sekarang kan serba pakai listrik, air pakai pompa listrik, makanan pakai penghangat. Terutama penghangat makanan, kalau mati lampu makanan jadi cepat basi,” kata dia. Ia juga mengatakan, tetangganya yang menggeluti usaha garmen rumahan jadi terhambat produksinya karena pemadaman tersebut.
Lain di Sasakbubur, lain pula di Kecamatan Sindangkerta. Pemadaman listrik tidak dibarengi pemberitahuan terlebih dahulu. Sehingga, para pelaku usaha dan warga tidak sempat bersiap-siap jika listrik padam. Deni, seorang pengusaha pagar tralis bercerita bahwa terakhir kali pemadaman listrik terjadi pada Senin (17/3) dari jam dua siang hingga jam enam sore. Diakuinya, pemadaman tersebut menghambat pekerjaannya.
“Terpaksa saya dan lima karyawan tidak bekerja, karena pekerjaan kita juga mengandalkan listrik,” katanya.