Ahad 16 Mar 2014 18:00 WIB

Dua Teknologi Genjot Produksi dan Kualitas Garam

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petani Garam (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Petani Garam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,PATI -- Direktur Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Riyanto Basuki, menyebutkan ada dua teknologi guna mendongkrak hasil produksi dan kualitas garam. Yakni, menggunakan teknologi ulir filter dan geo membram.

"Sebenarnya, keduanya teknologi lama. Namun, baru bisa diaplikasikan secara maksimal saat ini," ujar Riyanto, Ahad (16/3).

Teknologi ulir filter, lanjut Riyanto, yakni proses filterisasi terhadap air laut. Air laut yang masuk ke lahan tambak, harus dikelok-kelokan sejauh mungkin sebelum sampai ke tambak. Tujuannya, supaya logam berat yang terkandung di dalam air itu akan mengendap. Sehingga, air yang masuk ke tambak sudah lebih bersih lagi.

Jika teknologi geo membran, yaitu lahan tambak dialasi dengan plastik warna hitam. Supaya, air laut yang masuk ke lahan tidak merembes ke tanah. Sehingga, volume air laut tetap terjaga.

Kedua teknologi ini, harus diaplikasikan secara bersamaan. Supaya, terjadi peningkatan unsur NaCl (Natrium Clorida). Jika NaCl garam ini tinggi, maka kualitas garam rakyat akan terus meningkat.

Jika kualitasnya sudah bagus, garam rakyat ini akan bisa terserap untuk kebutuhan industri. Sehingga, pemerintah tak perlu lagi impor garam untuk industri. Sebab, garam lokal kualitasnya tdidak kalah dengan garam lokal.

"Dengan penggunaan dua teknologi ini, merupakan tahapan starting untuk menuju swasembada garam industri. Sehingga, kedepannya Indonesia tak perlu lagi impor garam," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement