Ahad 16 Mar 2014 14:50 WIB

Sleman Waspadai Tujuh Ancaman Bencana

Rep: Nur Aini/ Red: Nidia Zuraya
 Suasana Jalan Profesor Yohanes Sagan di Sleman, Yogyakarta, Jumat (14/2), yang dipenuhi debu vulkanis letusan Gunung Kelud.  (Republika/Nur Aini)
Suasana Jalan Profesor Yohanes Sagan di Sleman, Yogyakarta, Jumat (14/2), yang dipenuhi debu vulkanis letusan Gunung Kelud. (Republika/Nur Aini)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman mewaspadai tujuh bencana yang mengancam wilayah setempat. Puting beliung menjadi ancaman terdekat karena menjelang pancaroba.

Kepala BPBD Sleman, Julisetiono Dwi Wasito mengungkapkan ancaman bencana di Kabupaten Sleman meliputi erupsi Gunung Merapi, banjir lahar hujan, gempa bumi, tanah longsor, puting beliung, kekeringan, dan kebakaran. Dalam waktu dekat, warga setempat diminta mewaspadai angin puting beliung. "Kami memperkirakan puting beliung bisa terjadi merata di Sleman," ungkapnya akhir pekan ini.

Pada masa pancaroba, hujan lebat disertai angin kencang diperkirakan bisa terjadi. Untuk meminimalisasi risiko puting beliung yang perlu dilakukan warga antaralain memangkas dahan pohon. Hujan lebat saat pancaroba juga dapat menimbulkan risiko banjir lahar hujan.

Terkait banjir lahar hujan, Julisetiono menegaskan penambangan pasir di zona berbahaya telah ditutup. Pada masa pancaroba, sungai yang berhulu Gunung Merapi rawan dialiri banjir lahar hujan. Hujan lebat di puncak Gunung Merapi diperkirakan terjadi.

Ancaman tanah longsor juga masih mengancam wilayah perbukitan Kecamatan Prambanan. BPBD telah memangkas sebagian batu yang rawan longsor di wilayah Watukangsi Prambanan untuk meminimalisasi risiko. Meski demikian, warga diminta tetap mewaspadai tanah longsor yang berasal dari tebing sekitar.

Setelah pancaroba, kekeringan menjadi ancaman bencana di Sleman. Julisetiono menargetkan pihaknya tidak lagi memasok air langsung ke warga pada 2015. Warga di wilayah kekeringan akan dibekali generator pompa untuk mengatasi krisis air.

Sementara itu, Sleman telah menyiapkan 35 titik pengungsian untuk mengantisipasi bencana erupsi Gunung Merapi. Jika titik pengungsian kurang, BPBD merintis desa yang berdekatan dengan wilayah rawan untuk menjadi tempat pengungsian warga atau sistem sister village. Tahun ini, BPBD juga mengembangkan informasi 'sms gateaway' untuk mengantisipasi berita simpang siur soal Merapi.

Terkait Gunung Merapi, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Subandriyo mengatakan saat ini status Gunung Merapi masih normal. Namun, letusan freatik dan embusan diperkirakan masih bisa terjadi. "Ancamannya hanya hujan abu, tetapi warga harus tetap waspada," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement