REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Keluarga penumpang MH370 asal Indonesia yang sebelumnya didatangkan ke Malaysia sebagian besar memilih balik ke Indonesia dan tinggal satu keluarga saja yang tetap berada di negara ini.
"Tinggal satu keluarga yang masih ada di Malaysia. Sedangkan yang lainnya sudah pulang ke Indonesia," kata Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia, Hermono dalam perbincangan dengan kantor Berita Bernama di Kuala Lumpur, Jumat.
Barangkali, kata Hermono, pihak keluarga penumpang MH370 asal Indonesia itu tidak bisa menunggu terlalu lama karena mereka juga punya keperluan, bisnis ataupun urusan keluarga,
Namun, bila ada perkembangan mengenai penemuan pesawat MH370, maka mereka dapat kembali ke Malaysia mengingat jumlah penerbangan dari Indonesia ke Malaysia terbilang banyak dengan hanya menempuh dua jam saja."Sedangkan satu keluarga penumpang yang masih di Malaysia tinggal di rumah dinas saya," ungkap dia.
Mengenai perkembangan informasi, pihak KBRI Kuala Lumpur senantiasa berkoordinasi dengan pihak Malaysia dengan menempatkan petugas di Lapangan Terbang Antarbangsa Kuala Lumpur (KLIA).
Dalam pandangannya, pihak keluarga korban semakin lama mulai tampak frustasi karena sampai hari ketujuh ini belum diketahui dimana keberadaan pesawat MH370 yang hilang kontak sejak Sabtu lalu (8/3).
"Mungkin mereka sudah mulai frustasi. Sebab mereka ingin pesawat tersebut cepat ditemukan," kata Hermono.
Dalam hal ini, semua pihak terkait harus memberi perhatian yang selayaknya karena dalam keadaan frustasi maka pihak keluarga penumpang mudah marah, cemas, sensitif serta kondisi mentalnya semakin lemah.
"Rasa cemas itu muncul mengingat saudara, suami, istri, anak yang menumpang pesawat MH370 itu belum jelas keberadaannya," papar dia.
Sementara itu, pemerintah Indonesia akan senantiasa memberikan bantuan dan bekerja sama dengan pihak Malaysia.
Dari informasi yang diterima, Indonesia mengirimkan lima kapal, satu pesawat cassa, satu pesawat Airoforce, pesawat SAR serta tiga kapal laut dan satu helikopter yang dioperasikan di Selat Melaka. Indonesia juga mengirimkan 250 personel dalam mencari pesawat yang hilang tersebut.
Indonesia sangat memahami operasi ini tidak mudah, namun semua pihak tentu menginginkan pesawat yang hilang kontak tersebut cepat ditemukan.
"Ini operasi yang tidak mudah dan melibatkan banyak pihak mulai dari Amerika Serikat, Cina, Vietnam, Thailand, Jepang, Australia, India, Singapura, Indonesia, Filipina, Brunei dan sejumlah negara lainnya. Semua pihak tentu ingin pesawat itu cepat ditemukan," jelasnya.