Rabu 12 Mar 2014 11:00 WIB

Hebat, Jatim Cetak 10 Dalang Muda Tiap Tahunnya

A young puppet master or dalang, Much Nur Dwi Prasetyo, plays Gatotkaca Winisuda story in a festival in Jakarta, recently. (file photo)
Foto: Antara/Novandi K Wardana
A young puppet master or dalang, Much Nur Dwi Prasetyo, plays Gatotkaca Winisuda story in a festival in Jakarta, recently. (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Provinsi Jawa Timur mencetak 10 dalang muda dalam setiap tahun, karena itu provinsi yang dipimpin Soekarwo-Saifullah Yusuf itu merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak dalang muda.

"Tahun ini, Festival Dalang merupakan festival ke-19. Dalang muda yang masuk 10 besar tidak boleh ikut festival berikutnya, sehingga ada 10 dalang muda yang lahir setiap tahunnya," kata Ketua Dewan Pengamat Festival Dalang 2014 dari Institut Keseniaan Indonesia (ISI) Suyanto di Surabaya, Rabu.

Menurut Suyanto, kesenian tradisional pertunjukan rakyat (Pertura), khususnya wayang kulit, di Jawa Timur sungguh sangat menggembirakan perkembangannya. "Hal itu dibuktikan pada setiap diadakan festival dalang, pesertanya cukup banyak, khususnya dari generasi mudanya. Jadi, Jatim cukup sukses dalam melakukan regenerasi di bidang kesenian wayang. Generasi baru itu siap mempertahankan kesenian tradisional wayang kulit ke depan," katanya.

Banyaknya dalang muda membuktikan kesenian wayang kulit di Jawa Timur akan terus berkembang sepanjang zaman, karena mereka itulah yang akan terus eksis sebagai penghibur masyarakat di berbagai daerah pelosok Jawa Timur sesuai dengan gaya yang dikuasainya.

"Di Jawa Timur ada tiga gaya seni pedalangan wayang kulit, yakni gaya Surakarta, Gaya Porong atau gaya Jawa Timuran, dan gaya Malangan," katanya saat ditemui di sela-sela Festival Dalang 2014 di Taman Budaya Jawa Timur (6-8/3).

Ia menjelaskan wayang kulit gaya Malangan berkembang di daerah sekitar Malang, Pasuruan dan Kota Batu, sedangkan Gaya Porong atau gaya wayang Jawa Timuran berkembang dengan pangsa pasarnya di Surabaya, Gresik, Mojokerto, Sidoarjo dan Lamongan.

"Agar wayang kulit Jawa Timuran bisa setara dengan wayang gaya Surakarta maka pemerintah harus sering mengadakan festival-festival pedalangan, khususnya gaya Jawa Timuran," kata Ketua Dewan Juri Festival Dalang 2014 itu.

Sementara itu, gaya wayang kulit Surakarta atau wayang kulonan berkembang mulai dari Madiun, Ponorogo, Magetan, Ngawi, Pacitan, Bojonegoro, Kediri dan sekitarnya, termasuk Blitar. "Wayang gaya Surakarta memang telah berkembang mendunia terlebih dahulu dari pada gaya Malangan dan Porong. Meskipun demikian, wayang Surakarta saat ini telah berkembang mengikuti zamannya, seperti ditambahi musik campursari, musik dangdut dan tari-tarian yang membuat kesenian wayang menjadi tontonan masyarakat segala umur," katanya.

Di sela-sela festival yang diikuti 25 orang dalang muda dari berbagai daerah di Jawa Timur itu, ia mengharapkan banyaknya dalang muda di Jawa Timur akan membendung kesenian luar negeri yang masuk bersamaan dengan diberlakukan perdagangan bebas ASEAN pada 2015.

"Apalagi, Jawa Timur juga merupakan salah satu daerah tempat pembuatan wayang dan industri gamelan yang bisa mendukung kesenian pakeliran terus bertahan," katanya.

Dengan potensi (industri dan sumber daya kesenian) itu, maka kesenian pertunjukan rakyat wayang kulit justru bisa mendunia melalui era perdagangan bebas ASEAN 2015. "Bahkan, wayang juga bisa tercatat di Unesco seperti batik," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement