REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Masyarakat di Pulau Sumatra diingatkan untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan karena masih banyaknya jumlah "hot spot" atau titik api berdasarkan pemantauan melalui satelit NOAA.
Kabid Pelayanan Data dan Informasi BMKG Wilayah I Medan Hendra Suwarta di Medan, Selasa (11/3) mengatakan, dalam pemantauan Senin (10/3) pukul 16.00 WIB, tercatat adanya 288 titik api di Sumatra Utara.
Dari jumlah tersebut, 210 titik api yang dapat berkembang menjadi kebakaran hutan itu terpantau di Sumatra Bagian Utara, sedangkan 78 titik api lainnya terpantau di Sumatera Bagian Selatan.
Di Sumatra Bagian Utara, titik api tersebut berada di Provinsi Aceh (39 titik), Riau (145 titik), Kepulauan Riau (empat titk), dan Sumatera Utara (22 titik).
Khusus untuk Sumatra Utara, titik api tersebut terpantau di Kabupaten Tapanuli Utara (satu titik), Tapanuli Selatan (delapan titik), Mandailing Natal (dua titik), Labuhan Batu Utara (satu titik), Labuhan Batu Selatan (satu titik), Asahan (satu titik), Karo (satu titik), Padang Lawas (satu titik), Toba Samosir (dua titik), Langkat (dua titik), Humbang Hasundutan (satu titik), dan Kota Binjai (satu titik).
Selain disebabkan adanya pemanasan lokal, banyaknya titik api tersebut karena Pulau Sumatra secara umum sedang mengalami musim kemarau.
Dengan kondisi itu, masyarakat diingatkan untuk tidak melakukan tindakan yang dapat menyebabkan kebakaran hutan seperti membuka hutan dengan membakar atau membuang benda ke pinggiran hutan yang dapat menyulut api. "Kebakaran hutan tersebut dapat menimbulkan asap dalam jumlah banyak di wilayah Sumatra," katanya.