REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sekitar 100 pegawai Rumah Sakit Marzoeki Mahdi yang terdiri dari perawat, dan tenaga kerja lainnya menggelar unjuk rasa menuntut kesejahteraan yang ditujukan kepada direksi rumah sakit tersebut, Senin.
Unjuk Rasa yang dilakukan para pegawai dengan menggunakan seragam dinas warna coklat bertempat di halaman bagian dalam rumah sakit tepatnya di depan kantor Direksi SDM.
Selain berorasi dalam aksinya pegawai RS Marzoeki Mahdi membawa sejumlah spanduk yang berisikan aspirasi mereka diantaranya "RSMM Bogor, 6 Tahun "BLU" siapa yang menikmati hasilnya "Direksi Ingkar Janji".
Spanduk lainnya bertuliskan "69 Tahun Kita Merdeka Kok masih ada kerja rodi", ada juga yang membawa spanduk dengan tulisan "Siapa yang berpeluh keringat siapa yang menikmati. Ada indikasi korupsi".
Selain membawa spanduk, demo yang dilakukan pegawai RSMM juga sangat terorganisir, dengan menggunakan pitam merah, setiap massa kompak beroperasi secara damai. Mereka juga membawa keranda mayat yang ditutup spanduk bertuliskan "Matinya keadilan BLU".
"Kami menuntut kesejahteraan dari organisasi tempat kami bekerja. Sejak menjadi Badan Layanan Umum (BLU) selama enam tahun kami para karyawan kelas bawah tidak bisa menikmati kesejahteraan," ujar Ketua Pokja Kesejahteraan Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Boman Yusuf.
Boman menjelaskan, ada kesalahan sistem alokasi pendapatan Rumah Sakit Marzoeki Mahdi yang dilakukan oleh direksi sehingga menyebabkan dana kesejahteraan tidak dinikmati pegawai sejak 2010 lalu.
Ia mengatakan, dalam amanat BLU disampaikan bahwa dari pendapatan yang dihasilkan dialokasikan 60 persen untuk operasional dan 40 persen untuk kesejahteraan pegawai.
"Ada rumusan yang salah yang tadinya 60 untuk operasional dan 40 untuk kesejahteraan pegawai. Tapi yang 40 persen masih diambil lagi untuk belanja organisasi," ujar Boman.
Boman mengatakan, dalam pertemuan para direksi RS Marzoeki Mahdi dengan massa yang berdemo, diakui bahwa ada kesalahan dalam alokasi anggaran yang 40 persen dan pihak direksi menyampaikan permintaan maaf atas kekeliruan tersebut.
Menurutnya, dengan kesalahan dalam mengalokasikan 40 persen untuk (remunerasi) pegawai tersebut menyebabkan para pekerja dan pegawai di level bawah RS Marzoeki Mahdi dirugikan secara finansial, karena tidak menikmati jasa pelayanan dari pendapatan rumah sakit tersebut.
Ia mengatakan dalam pagi target pendapatan RS Marzoeki Mahdi dalam satu tahun yakni sebesar Rp114 miliar, dan biasanya terealisasikan sebesar 80 hingga 95 persen dari pagu yang ditetapkan.
RS Marzoeki Mahdi memiliki 1.057 pegawai yang terdiri 700 PNS dan 400 orang tenaga non PNS. Mereka bekerja ada yang sebagai perawat, kepala ruangan, dan pramusaji.
Gaji pegawai di RS Marzoeki Mahdi bervariasi sesuai dengan jenjang pendidikan dan golongan yakni mulai darp Rp.400 ribu hingga Rp17 juta untuk kalangan direktur.
Boman menyampaikan, dalam orasinya, pihaknya hanya mendesak Direksi rumah sakit untuk membuat formula baru dalam penggunaan anggaran pendapatan rumah sakit milik pemerintah tersebut.
"Sistem alokasi yang salah sehingga karyawan tidak menikmati kesejahteraan yang bersumber dari pendapatan rumah sakit," ujarnya.
Aksi para perawat RS Marzoeki Mahdi berjalan kondusif, dengan mendapat pengawalan aparat kepolisian. Meski hujan gerimis sempat mengguyur, tapi massa tetap melakukan orasi.
Massa juga membawa keranda kosong mengelilingi area dalam rumah sakit hingga akhirnya pimpinan direksi mau memberikan penjelasan kepada pekerjanya.
"Ini untuk pertemuan yang kedua kalinya dengan saya. Dari pertemuan pertama disampaikan bahwa tuntutannya hanya menaikkan tunjangan kerja. Sebenarnya saat ini kami lagi melakukan proses untuk mencari solusinya seperti apa," ujar Direktur Keuangan dan Administrasi Umum, Syahnan Rasyid.
Massa menggelar aksi mulai dari pukul 09.30 WIB, hingga pukul 11.00 WIB, massa mendesak direksi untuk membuat kesepakatan bersama dan siap mengawal rumusan penggunaan dana alokasi umum yang dilakukan oleh direksi dan perwakilan pekerja yang berakhir hingga pukul 12.45 WIB.