Ahad 09 Mar 2014 22:57 WIB

Hari Terakhir IBF Dipadati Pengunjung

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Pengunjung yang didominasi pelajar memadati salah satu stan pameran buku Islami dalam pagelaran Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supri
Pengunjung yang didominasi pelajar memadati salah satu stan pameran buku Islami dalam pagelaran Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hari terakhir pelaksanaan Islamic Book Fair dipadati pengunjung. Akibanya arus keluar masuk pengunjung di sepanjang koridor Istora Senyan berjalan lambat. Pengunjung juga memadati panggung utama seiring silih berganti tokoh yang hadir.

Chief Editor Peberbit Republika Irwan Arifianto, Ahad (9/3), menungkapkan pengunjung sempat menyemut di standnya, terlebih saat penulis Tere-Liye hadir di sana untuk book signing.

Ia mengaku hingga hari terakhir Islamic Book Fair target omzet hampir tercapai. Promosi aktif, lokasi yang mendukung, ditambah banyaknya pengunjung anak muda dari sekolah dan pondok pesantren cukup mendongkrak jumlah pengunjung.

Buku yang bervariasi juga menguntungkan Penerbit Republika, terutama novel bernilai Islam. ''Novel cinta yang disuguhkan Penerbit Republika juga sifatnya universal sehingga bisa dibaca semua kalangan,'' kata Irwan.

Buku karya Tere Liye jadi yang paling laris. Di hari terakhir, 500 hingga 800 eksemplar terjual dalam sekejap. Konsultasi menulis yang dibuka Penerbit Republika juga ramai. Kegiatan ini memungkinkan pengunjung untuk memasukkan naskah tulisan karyanya ke Penerbit Republika.

''Sudah ratusan naskah, yang didominasi novel karya anak muda, sudah masuk. Akan dipilah nantinya,'' kata Irwan. Irwan melihat ini jadi indikasi makin banyaknya anak muda yang tertarik untuk menulis buku mulai dari cerita anak hingga novel.

Secara umum, ia berharap orang-orang yang membeli buku mendapat inspirasi dan manfaat. Sebagai penerbit yang membidik segmen anak muda, Irwan mengatakan saat ini anak muda tidak mau didoktrin.

Buku jadi cara untuk menyampaikan nilai Alquran. Sehingga dari inspirasi yang mereka peroleh dari buku, pola pikir mereka terbuka dan tumbuh perubahan sikap lebih baik.

Mahalnya buku masih jadi keluhan mayotitas pengunjung. Sehingga stand yang menjual buku murah ramai dikerumuni pengunjung.

Meski menolak menyebutkan angka, Marketing Manager Gema Insani Press Abdul Latief mengaku omzet yang diperoleh jauh dari target. Sebab jumlah pengunjung ke stand GIP tahun ini tidak seramai tahun lalu.

Meski baru mencetak jilid 1,2, dan 15, dari 15 jilid, tafsir al-Munir menjadi buku Islam yang dinantikan. Rasulullah My Doctor, Ensiklopedia Kiamat, dan Tafsir Ibnu Katsir juga laris dibeli.

Buku One Day No Rice karya Wali Kota Depok juga jadi buku yang menarik untuk di terbitkan GIP. Latief melihat buku ini mendorong masyarakat untuk memvariasikan jenis pangan konsumsinya.

Segmen anak yang dinilai bagus juga jadi fokus GIP dalam menerbitkan buku. ''Menjadi tugas GIP juga untuk menyiapkan anak-anak yang memahami nilai Islam,'' kata Latief.

Berharap pengunjung yang membeli buku bisa mengamalkan buku yang mereka baca. Sebab, dari pengamalan pengetahuan itulah akan muncul perubahan di bangsa ini. ''Dengan begitu buku jadi bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain,'' kata Latief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement