REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Debit air waduk Sei Pulai, yang merupakan sumber air baku sebagian masyarakat Kota Tanjunginang tinggal 0,4 meter dan terancam kering.
"Dalam satu bulan terakhir debit air turun sekitar 1,5 meter, karena tidak terjadi hujan," kata Direktur Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kepri Abdul Khaliq, di Tanjungpinang, Minggu.
Khaliq mengemukakan, jaringan pipa untuk menyedot air yang berada di tepi Sei Pulai terpaksa dipindahkan ke tengah tadi pagi. Debit air di tengah Sei Pulai juga berkurang dari 6 meter menjadi 3 meter dalam dua bulan terakhir.
"Kalau tidak dipindahkan, yang disedot bukan air, melainkan lumpur. Karena itu kami pindahkan tadi pagi," ungkapnya.
Menurut dia, PDAM Tirta Kepri masih dapat melayani kebutuhan masyarakat, meski tidak semaksimal pada saat kondisi Sei Pulai normal. Hal itu disebabkan, PDAM Tirta Kepri menggunakan air dari Sei Gesek untuk melayani konsumen.
Namun air baku yang bersumber dari Sei Gesek hanya mampu melayani konsumen yang tidak tinggal di sekitar pasar hingga Batu 7 Tanjungpinang.
"Air baku di Sei Gesek itu hanya bisa dialiri hingga sekitar Bintan Centre Tanjungpinang. Sedangkan yang tinggal di pasar hingga Batu 7 masih menggunakan air yang bersumber dari Sei Gesek," katanya.
Menurut dia, air Sei Pulai dapat kembali normal setelah hujan. Namun sejak Januari hingga sekarang belum juga turun hujan.
"Kami memahami kondisi warga yang kesulitan mendapatkan air bersih. Banyak sumur yang dulu dianggap 'sakti' sekarang pun ikut kering. Kondisi ini sangat memprihatinkan," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Hartanto memprakirakan bulan kering ini terjadi hingga pertengahan Maret 2014. Mendung yang terjadi dalam beberapa hari ini tidak menyebabkan hujan, melainkan hanya gerimis sebentar.
"Ada perubahan cuaca yang terjadi secara besar-besaran di Tanjungpinang, Bintan, Batam dan Karimun. Bulan kering yang terjadi sekarang ini merupakan terlama, dan baru pertama kali terjadi," kata Hartanto.