REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar pengunjung Islamic Book Fair (IBF) 2014 cukup puas dengan penyelenggaraan pameran buku Islam terbesar di Asia Tenggara tersebut. Hal itu terungkap berdasarkan hasil survei terbatas yang dilakukan panitia.
Ketua Panitia IBF 2014 Abdullah Fanani mengatakan dari segi target pengunjung hingga 8 Februari 2014, tercatat sekitar 350 ribu orang mengunjungi IBF. Dia memperkirakan hari terakhir IBF dibanjiri 60 ribu pengunjung. Sedangkan dari segi penjualan, dari survei langsung diperkirakan tercapai jumlah transaksi di atas Rp 100 juta.
Sebagian peserta IBF mengeluhkan stan buku mereka kurang ramai. Mengenai hal ini, menurut Abdullah, hal itu disebabkan produk penerbit itu tidak cukup menarik minat pengunjung.
"Yang tidak menarik itu, misalnya buku-buku yang harganya terlalu mahal atau buku politik dan hukum yang peminatnya memang kurang," kata Abdullah, Ahad (9/3).
Buku-buku yang diminati pengunjung antara lain, buku mengenai perempuan, anak-anak dan referensi. Selain itu, bisa jadi peserta pameran yang kurang ramai dikunjungi disebabkan salah strategi penjualan.
"Strategi mereka hanya memberi diskon 10 sampai 20 persen. Padahal ada peserta lain yang memberi diskon hingga 80 persen. Tentu pengunjung lebih memilih diskon yang lebih besar," katanya.
Area Istora Senayan yang terbatas, juga mau tidak mau membatasi jumlah stan. Abdullah menambahkan jumlah stan yang ada tidak sampai belasan.
Promosi outdoor atau luar ruangan, seperti spanduk juga jauh berkurang. Hal itu karena imbas dari kebijakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang melarang pemasangan spanduk di jalan protokol, taman, pepohonan, jalan bebas hambatan, lembaga pendidikan dan sarana dan prasarana publik.
"Sedikit banyak itu mempengaruhi pengunjung. Spanduk yang dipasang di jalan jauh berkurang karena banyak yang diambil Satpol PP," ujar Abdullah.