REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setidaknya satu kali dalam sepakan, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengunjungi awak media di ruang wartawan kantor Kemendagri, Jakarta. Pak menteri, sebutan rekan-rekan media, memang tidak rutin mengunjungi ruangan tersebut dengan jadwal hari dan waktu yang selalu sama.
Kesempatan Gamawan mampir menjadi peluang emas para wartawan bertanya lebih banyak, bahkan menyentil isu seputar kepemerintahan. Termasuk kabar Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang ingin menjadi Mendagri.
“Pak, Ahok rencanannya akan menggantikan posisi bapak sebagai mendagri pada kabinet Joko Widodo nanti kalau terpilih, bagaimana pak tanggapannya?” tanya Republika. “Ya kita amini saja keinginan Ahok,” kata Gamawan.
Mendengar peryataan itu, suasana hening pun pecah di ruang media. Bagi Gamawan, terserah Ahok ingin menjadi gubernur atau gantikan dirinya sebagai menteri. Pihaknya tidak akan ambil pusing lagi dalam urusan kepemerintahan.
Belum lama ini, Ahok memang sempat disinggun, bagaimana kesiapannya jika ditinggal Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi nyapres. Ahok menyatakan ingin menjadi mendagri, apabila kelak Jokowi diangkat sebagai kepala negara.
Meski ucapan Ahok itu hanya sekadar andai-andai. Dampaknya perlu dipikirkan sejak dini, karena kursi kepemerintahan Provinsi DKI Jakarta akan kosong. Ditambah, sekretaris daerah (Sekda) belum terpilih secara definitif.
Timbul pertanyaan, siapa yang akan menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur nanti dan bagaimana mekanisme pemilihannya? “Kalau memang itu menjadi kenyataan, tidak perlu menjadi masalah, karena aturannya sudah ada,” kata Gamawan santai.