REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pemerintah membangun kilang minyak untuk menambah produksi minyak dalam negeri masih menemui berbagai hambatan.
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM Mohammad Hidayat mengatakan, salah satu hambatanya adalah menentukan akan disalurkan kemana bahan bakar minyak (BBM) yang dihasilkan.
"Sebab berkaitan dengan subsidi," kata dia di lokasi peresmian SPBG Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat (7/3).
Menurut Hidayat, para investor yang berminat melihat Indonesia ini memiliki subsidi BBM yang sangat tinggi. Sebagai perbandingan, Hendry mengatakan, konsumsi total BBM pada 2013 lalu sekitar 75 juta kilo liter, dan BBM yang disubsidi mencapai 46,3 juta kilo liter. Artinya, hampir 62 persen disubsidi.
Hidayat mengatakan, pemerintah akan serius menjalankan rencana proyek pembangunan kilang baru yang ditargetkan akan mampu memproduksi sekitar 300 ribu barel per hari (bph), melalui skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS).
Sebab, kilang minyak yang saat ini ada di Indonesia dalam satu tahun hanya mampu memproduksi sekitar 13 juta kilo liter. Sedangkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hampir 30 juta kilo liter disubsidi. "Jadi sekitar 17 juta kilo liter impor BBM untuk subsidi," kata dia.
Namun, hingga kini belum ada satupun investor yang serius menyerahkan proposal kerja sama pembangunan kilang tersebut. "Belum ada saat ini, kan baru kemarin kita sosialisasikan," ujar dia.
Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo mengatakan, pemerintah direncanakan akan segera membangun Kilang minyak baru guna menambah pasokan kebutuhan minyak dalam negeri.
Menurutnya, pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya dalam pembangunan kilang tersebut, karena pemerintah yang akan menyediakan lahannya. "Kita sediakan lahan di Bontang (Kalimantan), itu ada tanah Pertamina," kata Susilo.
Rencana tersebut, masih dalam proses penjajakan terhadap para investor baik dalam maupun luar negeri. Sehingga, saat ini pemerintah masih menunggu proposal yang diajukan para investor tersebut. Susilo mengatakan, pihaknya sudah mengadakan pertemuan dengan para investor.
"Ada sekitar 40 investor, tetapi yang berminat banyak," kata dia.