REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Seorang warga di Kabupaten Pelalawan tewas diduga akibat polusi kabut asap dampak dari kebakaran lahan di Riau. Hal ini membuat masyarakat kian cemas dengan efek dari kebakaran lahan yang melanda daerah tersebut.
"Agar peristiwa ini tidak terjadi di Meranti, kami mengharapkan segera dilakukan penanganan yang cermat," kata Agustian, warga Meranti yang terpaksa mengungsi ke Pekanbaru mengingat kabut asap pekat masih menyelimuti sebagian besar kawasan itu, Kamis malam.
Agustian mengatakan, saat ini banyak warga di daerah tersebut resah dengan kondisi kabut asap yang bertambah pekat. Kebakaran lahan di Kabupaten Meranti sejauh ini dikabarkan masih terus terjadi, menghanguskan lebih 3.000 hektare lahan perkebunan dan hutan.
Bupati Meranti, Irwan Nasir sebelumnya mengatakan pihaknya telah mendesak tim pemadam untuk segera menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) hujan buatan di Meranti.
Irwan mengatakan pihaknya juga telah menggelar rapat dan pertemuan untuk mengatasi bencana asap ini dengan instansi terkait, pihak perusahaan dan masyarakat.
Irwan mengaku di Kepulauan Meranti sangat banyak keterbatasan seperti peralatan untuk memadamkan api dan itu sudah disampaikan ke Pemerintah Provinsi Riau.
Namun sampai sekarang, kata dia, belum ada peralatan bantuan tersebut dan sangat diharapkan itu segera dikirim ke Kepulauan Meranti agar bisa dimanfaatkan untuk memadamkan lahan yang terbakar.
Irwaan mengatakan, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah maju dalam penanggulangan kebakaran lahan. "Namun luasnya lahan perkebunan dan hutan yang terbakar membuat upaya-upaya tersebut belum maksimal," katanya.
Meski demikian, kata Irwan, berkat kerjasama dengan pihak perusahaan dan masyarakat jumlah titik api sudah menurun.