REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Dinas Kelautan Perikanan, Peternakan, dan Kehutanan Kota Batam, Kepulauan Riau, mencatat sejak Januari hingga awal Maret 2014 seluas 265 hektare hutan lindung di wilayahnya terbakar. Terbakarnya hutan diakibatkan cuaca panas, kesengajaan dan kelalaian manusia.
"Kami mencatat 19 kali terjadi kebakaran dengan luas lahan terbakar mencapai 265 hektare. Kami menduga selain karena cuaca panas, ada unsur kesengajaan dan kelalaian yang berujung hutan terbakar," kata Kepala Bidang Kehutanan Dinas KP2K Batam, Emri Zuharmen di Batam.
Ia mengatakan, di antara 19 titik hutan terbakar tersebut berada di Sei Harapan, Sei Temiang, Mata Kucing, Bukit Dangas, Bukit Harimau Sekupang, dan Sei Pancur. "Ada juga di lokasi-lokasi lain. Namun yang terbanyak berada di Kecamatan Sekupang," kata dia.
Selain cuaca panas, kata dia, masyarakat yang suka berburu pada kawasan hutan sering membakar semak-semak yang akhirnya membesar karena tiupan angin. Penyebab lain, kata dia, banyak juga masyarakat membuang puntung rokok sembarangan sehingga mengakibatkan rumput kering terbakar dan merembet ke hutan.
Selain hutan lindung, dalam periode yang sama sejumlah hutan konservasi di Batam juga terbakar. "Untuk hutan konservasi ada sekitar 20 hektare. Tempatnya di hutan Taman Wisata Alam Mukakuning," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, Nur Patria Kurniawan.
Kepala Kantor Penanggulangan Bahaya Kebakaran, Direktorat Pengamanan BP Batam, Slamet Sriyono kembali mengimbau agar masyarakat tidak membakar semak-semak dan sembarangan membuang puntung rokok.
"Kondisi seluruh semak-semak dan hutan di Batam sangat kering. Aktivitas pembakaran sekecil apapun, bahkan puntung rokok sangat berpotensi menimbulkan kebakaran," kata dia.
Ia mengatakan selama dua bulan terakhir terjadi hampir 150 kali kebakaran di berbagai wilayah Batam termasuk di Pulau Rempang dan Galang.