Rabu 05 Mar 2014 20:16 WIB

Pengendara di Bawah Ancaman Lubang Jalan

Rep: Wahyu Syahputra/ c62/ Red: Karta Raharja Ucu
Jalan rusak dan berlubang (Ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Jalan rusak dan berlubang (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan mobil pribadi dan angkutan umum berjalan pelan selepas fly over Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Mobil-mobil itu harus mengantre lantaran jalanan di underpass bypass menuju Pasar Gembrong, Jakarta Timur, rusak parah.

Jalan di underpass itu bergelombang. Aspal jalan banyak yang mengelupas, sehingga banyak krikil yang betebaran. Jalan yang licin memaksa mobil-mobil dan pengendara sepeda motor memperlambat laju kendaraan, sehingga antrean kendaraan mencapai puluhan meter. Parahnya, antrean jalan juga terjadi di arah sebaliknya, yakni dari Pom Bensin Pasar Gembrong hingga Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Timur.

Kemacetan itu diperparah karena Jalan Kampung Melayu Kecil, Bukit Duri Tanjakan, menuju Kuningan dan Dr Saharjo sedang dalam perbaikan. Iwan, salah satu pengendara, mengaku kesal lantaran jalan tersebut belum diperbaiki sejak musim hujan pada Desember 2013.

Jalan rusak juga tersebar di sekitar Jalan Dewi Sartika menuju Kampung Melayu dan Matraman. Di tempat langganan banjir itu juga belum ada tanda-tanda perbaikan jalan. Dari data yang diterima ROL dari Dinas Pekerjaan Umum untuk wilayah kota administrasi Jakarta Timur, titik jalan rusak sebanyak 3.548 yang terdiri atas 142 lokasi, DPU juga mencatat sudah memperbaiki jumlah titik jalan rusak sebanyak 3.479 titik.

 

"Jika ngebut, kalau tidak celaka, ya motor rusak," kata seorang pengendara motor, Anton, kepada ROL di Mampang, Selasa (4/2).

Pria yang hampir setiap hari melewati Jalan Mampang Pramatan itu mengeluhkan rusaknya jalan. Bukannya diperbaiki, kata Anton, jalan yang rusak malah semakin bertambah.

Pantauan ROL di sepanjang Jalan Mampang Prapatan arah Kuningan, terlihat lubang-lubang dengan ukuran bervariasi. Tak heran jika kemacetan terjadi di sejumlah titik lantaran para pengendara melambatkan laju kendaraanya.

"Kalau jam kerja bisa pelan-pelan, untuk ngindarin lubang. Tapi, kalau sepi bahaya juga yang ngebut," kata Rony, tukang ojek yang biasa mangkal di depan Hotel Maharani, Mampang.

Saat hujan, titik jalan yang berlubang itu akan tertutup air dan menggenang, sehingga berbahaya bagi pengendara. Sedangkan, saat cuaca terik, lubang-lubang itu akan mengeluarkan krikil kecil, sehingga membuat jalan terasa licin dan penuh debu.

Kemacetan di DKI juga tidak sepenuhnya karena lubang jalan, seperti yang terjadi di traffic light Asemka, Jakarta Barat. Guna menghindari kemacetan panjang, Direktorat Lalu Lintas melakukan rekayasa di Asemka sejak 26 Februari 2014. Memasuki Selasa (4/3), uji coba tersebut dinilai sukses. "Sirkulasinya bagus kok," kata Kepala Bagian Operasional Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Budianto, Selasa (4/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement