REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah
JAKARTA -- Banyaknya orang tua yang membawa serta anak-anak mereka ke ajang Islamic Book Fair (IBF) 2014, menjadikan buku anak-anak laris manis diserbu pengunjung.
Dari pantauan Republika, terlihat stan penerbit yang menyediakan buku-buku anak dikerumuni pengunjung bersama anak-anak mereka.
Heri Rusli (36 tahun) mengaku selalu datang setiap ajang IBF berlangsung. Dia datang bersama istri dan tiga anaknya.
"Biasa ke sini mencari buku untuk anak dan saya sendiri," ujar pria yang berdomisili di Jakarta Utara itu, Sabtu (1/3).
Setali tiga uang dengan Heri, Usman Abdul Rasyad (39 tahun) juga memanfaatkan ajang IBF sebagai sarana berburu buku untuk putrinya.
Usman datang berdua bersama putrinya, Amirah (7 tahun). Dia baru saja membeli 10 eksemplar majalah anak usia taman kanak-kanak seharga Rp 10 ribu.
Penerbit memberi potongan harga besar-besaran bagi buku anak. Buku dan majalah anak dijual mulai harga Rp 1.000 per eksemplar.
Penerbit Bumi Aksara misalnya, mematok harga Rp 2.500 untuk satu buku dan Rp 10 ribu untuk lima buku. Penerbit Gunung Agung memberi harga istimewa di kisaran Rp 5.000 hingga Rp 50 ribu.
Pustaka Al Kautsar mematok harga mulai Rp 3.000 hingga Rp 20 ribu. Penerbit Anak Teladan menjual majalah anak dengan harga mulai Rp 1.000.
Meski cuaca mendung dan gerimis, hal itu tidak mengurangi antusiasme pengunjung mendatangi area IBF 2014. Orang tua yang mengajak anak-anaknya dimudahkan dengan fasilitas Kids Zone.
Kids Zone merupakan arena bermain bagi anak-anak yang terletak di bagian utara gedung dekat mushala perempuan Hasanah.
Seorang pengunjung, Anis Syaefi (17 tahun), mengaku senang bisa mengunjungi IBF. Ia baru pertama kali datang ke IBF dan tidak menyangka buku-buku yang ditawarkan sangat lengkap.
"Alhamdulillah, senang sekali. Kaget karena ternyata buku-bukunya cukup murah," ujar santri Pesantren Al Kamil, Jatiuwung, Tangerang, tersebut, Sabtu (1/3).
Menurutnya, mengunjungi IBF telah menjadi agenda pesantrennya. Para santri membeli buku juga untuk mengisi perpustakaan sekolah. Anis membeli dua buku seharga Rp 70 ribu. Ia datang bersama kawan-kawannya menggunakan dua bus.
Di hari kedua IBF 2014, stan Republika Penerbit mengadakan tausiah yang diisi oleh Ustaz Erick Yusuf. Pengunjung pun tampak antusias mendengarkan tausiah tersebut. Mereka mengerumuni stan Republika untuk mendengarkan langsung tausiah. Sebagian besar dari mereka adalah para pelajar dan remaja.
Sambil mendengarkan tausiah, mereka juga melihat-lihat buku terbitan Republika. Ustaz yang akrab disapa Kang Erick tersebut juga ditemani oleh Chief Editor Republika Penerbit Irwan Ariefyanto.
Kang Erick memberi tausiah yang akrab dengan persoalan sehari-hari. Pengunjung juga bersemangat bertanya kepada Kang Erick.
Sedangkan, Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU meramaikan ajang IBF kali ini dengan menggelar acara Belanja Bareng Yatim (BBY).
Manajer Community Education Network (CEN) PKPU, Ivan Satria, menjelaskan bahwa acara ini digelar untuk menumbuhkan minat baca anak sehingga aktivitas membaca menjadi budaya positif bagi anak-anak di Indonesia.
Sebanyak 450 anak diikutsertakan dalam Acara BBY yang bertajuk Bantu Mereka Buka Jendela Dunia. “Selain kegiatan belanja buku bareng, anak-anak yatim binaan PKPU juga akan dihibur dengan pentas drama musikal, creativity time, dan pentas seni yang pesertanya merupakan anak-anak yatim binaan PKPU.
Ustaz Felix Siauw menyambut gembira adanya Islamic Book Fair (IBF) 2014. Menurutnya, animo masyarakat akan literatur Islam semakin berkembang dari tahun ke tahun. Hal itu terlihat dari padatnya masyarakat yang berkunjung ke ajang buku Islam terbesar di Asia Tenggara ini.
IBF tahun ini mengambil tema Saatnya Umat Berkarakter Qurani. Ustaz yang baru saja menerbitkan buku The Chronicle of Ghazi itu menyatakan tidak ada kompromi dengan Alquran bagi seorang Muslim. Maksudnya, segala tindakan Muslim harus berpedoman pada Alquran dan sunah.
"Masyarakat akan mampu bangkit bila mereka terikat Alquran. Jika terlepas dari Alquran, manusia tidak ada lagi yang membimbing. Tema itu harus digalakkan," katanya seusai melakukan sesi book signing atau penandatanganan buku karangannya di panggung utama, Sabtu (1/3).
Untuk mewujudkannya, kata dia, perlu internalisasi nilai-nilai Alquran. Internalisasi dapat diwujudkan melalui sistem pendidikan berbasis Alquran.
Anak-anak yang terbiasa dengan Alquran, segala tindak-tanduknya dilakukan sesuai dengan ajaran Alquran. Pada saat itulah, masyarakat Qurani terbentuk. Dimulai dari individu hingga ke tingkat negara.
Namun, yang terjadi saat ini, agama hanya hadir di sekolah sebagai pelengkap. Yang terjadi sekarang, agama dianggap kurang penting dibandingkan ilmu sains. Karena itu, yang terjadi adalah masyarakat yang tidak memahami Alquran.