Senin 03 Mar 2014 20:46 WIB

221 Orang Mengungsi Akibat Kebakaran Lahan Riau

Kebakaran terjadi lahan kebun kelapa sawit terlihat dari udara di Kabupaten Pelalawan, Riau, Kamis (27/6). Kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau masih terjadi setelah sepekan tanggap darurat asap diberlakukan.
Foto: Antara/Topan Ali
Kebakaran terjadi lahan kebun kelapa sawit terlihat dari udara di Kabupaten Pelalawan, Riau, Kamis (27/6). Kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau masih terjadi setelah sepekan tanggap darurat asap diberlakukan.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Jumlah pengungsi akibat asap dan kebakaran lahan di Kabupaten Bengkalis, Riau, terus bertambah yang kini mencapai 221 jiwa.

"Jumlah pengungsi sekarang mencapai 221 jiwa, meningkat dari pekan lalu 125 jiwa," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Bengkalis M. Jalal, di Bengkalis, Senin.

Ia mengatakan pengungsi itu terdiri atas 36 balita, 39 anak-anak dan sisanya orang dewasa. BPBD Bengkalis menampung para pengungsi dengan mendirikan tenda-tenda besar di Desa Barak Aceh, Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis.

Para pengungsi tersebut merupakan warga sekitar Dusun Bukit Lengkung, Desa Tanjung Leban.

Kebakaran lahan gambut di daerah itu sangat besar yang membuat kondisi di sekeliling permukiman sudah dikepung asap pekat dan berbahaya bagi kesehatan.

Luas kebakaran lahan dan hutan di Riau hingga kini mencapai 7.972 hektare (ha). Kebakaran paling luas berada di Kabupaten Bengkalis mencapai 3.513 ha, di antaranya ratusan hektare berada di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil yang diakui oleh UNESCO.

Sebagian besar lokasi kebakaran berada di kebun kelapa sawit milik warga yang berusia 5-6 tahun dan sudah produktif, serta kebun akasia milik perusahaan hutan tanaman industri, dan kelapa sawit.

Kebakaran terjadi sejak 20 Februari lalu yang sulit dipadamkan akibat sumber air mengering. "Kami terus mengupayakan bantuan berupa logistik makanan, pakaian untuk bayi dan air bersih," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement