REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Penggunaan bahasa Bali sebagai bahasa ibu tidak akan tergeser oleh bahasa-bahasa pergaulan yang baru. Yang terjadi kata Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali, I Wayan Tama, justru terjadi penyesuaian bahasa-bahasa itu ke dalam bahasa Bali.
"Bahasa Bali sebagai bahasa ibu, seperti halnya bahasa Jawa tidak akan punah," kata Tama.
Kepada Republika di Denpasar, Senin (3/3), Tama mengatakan, bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu ada yang tergolong besar dan kecil. Di Bali, selain bahasa Bali sejumlah bahasa daerah lainnya juga menjadi bahasa ibu, yang jumlahnya mencapai belasa bahasa daerah.
Diantaranya Bahasa Sunda, Jawa, Bahasa Melayu, Bahasa Bugis, Sasak, Bahasa, Bahasa Osing, Bahasa Mandar. Namun dua dari bahasa daerah itu yakni Bahasa Osing Banyuwangi dan Bahasa Mandar sudah punah.
Menurut Tama, bahasa ibu akan bertahan kalau panuturnya banyak dan punya tradisi tulisan. Dalam hal itu Bahasa Bali merupakan bahasa daerah yang peuturnya cukup besar dan juga punya tradisi tulisan. Di ranah-ranah lokal, dalam pembicaraa sehari-hari antar orang Bali, Bahasa Bali tetap digunakan.
""Dalam pergaulan, dalam upacara agama, maupun dalam percakapan dalam keluarga, Bahasa Bali senantiasa digunakan. Di samping itu, Bahasa Bali juga punya tradisi tulisan, jadi Bahasa Bali akan tetap bertahan," katanya.
Kekuatan Bahasa Bali sebagai bahasa ibu, juga didukung oleh kebijakan Pemda Bali yang memasukkan Bahasa Bali sebagai muatan lokal dalam kurkulum pendidikan SD, SP dan SMA. Karena itu kata Tama, Bahasa Bali sebagai bahasa ibu akan terus berkembang dan berlangsung secara alami.
Diakuinya bahwa Bahasa Bali sebagai bahasa ibu menghadapi tantangan, terutama penggunaannya di perkotaan dan komplek-komplek perumahan. Namun itu juga tidak akan menghapus atau menghilangkan Bahasa Bali, karena penggunaan bahasa daerah lainnya atau penggunaan Bahasa Indonesia hanya dalam pergaulan masyarakat saja. Sedangkan di dalam lingkungan keluarga, orang Bali tetap menggunakan Bahasa Bali.
"Orang Bali memang juga mengambil istilah-istilah baru yang tidak ada dalam kosa kata Bahasa Bali, seperti kata televisi atau handphone, yang diadopsi dalam perakapan Bahasa Bali," kata Tama.