Senin 03 Mar 2014 18:51 WIB

Erupsi Kelud Tidak Picu Inflasi Jatim Februari

 Aktivitas material vulkanik Gunung Kelud pasca meletus di kawasan jembatan aliran lahar sekitar 3 km dari puncak letusan Gunung Kelud di kawasan Desa Sugihwaras, Ngancar, Kediri, Jawa Timur, Ahad (16/2). (Antara/Rudi Mulya)
Aktivitas material vulkanik Gunung Kelud pasca meletus di kawasan jembatan aliran lahar sekitar 3 km dari puncak letusan Gunung Kelud di kawasan Desa Sugihwaras, Ngancar, Kediri, Jawa Timur, Ahad (16/2). (Antara/Rudi Mulya)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Erupsi Gunung Kelud di Kediri tidak memicu inflasi Jawa Timur karena selama bulan Februari 2014 angka inflasi hanya mencapai 0,28 persen atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada periode sama sebesar 0,26 persen.

"Inflasi yang cukup rendah pada Februari tersebut membuktikan bahwa kinerja perekonomian Jawa Timur tidak terperangaruh erupsi Gunung Kelud," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, M Sairi Hasbullah, saat rilis inflasi, di Surabaya, Senin.

Menurut dia, erupsi Gunung Kelud yang cukup dahsyat tersebut tidak sampai menggoyahkan perekonomian di Jawa Timur khususnya di Kota Kediri sebagai pusat bencana. Apalagi, pada Februari 2014 Kediri hanya inflasi 0,05 persen.

"Selama Februari 2014, seluruh kota/kabupaten Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi 1,02 persen," ujarnya.

Posisi berikutnya, jelas dia,?Sumenep 0,76 persen, Madiun 0,60 persen, Malang 0,31 persen, Surabaya 0,23 persen, Kediri dan Jember masing-masing 0,05 persen, dan inflasi terendah terjadi di Probolinggo 0,02 persen.

"Inflasi pada Februari tersebut dikarenakan semua kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,75 persen," katanya.

Lalu, tambah dia, kelompok bahan makanan 0,31 persen, kelompok sandang 0,49 persen, kelompok kesehatan 0,14 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi 0,10 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar 0,09 persen, dan terendah terjadi pada kelompok transpor-komunikasi-jasa keuangan 0,07 persen.

"Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah naiknya harga cabai rawit, beras, es, wortel, daging sapi, emas perhiasan, ikan mujair, mie, tarif air minum PAM, dan susu untuk balita," katanya.

Di sisi lain, kata dia, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah turunnya harga bawang merah, bahan bakar rumah tangga, tomat sayur, daging ayam ras, cabai merah, telur ayam ras, gula pasir, sawi hijau, buah apel, dan buah melon. Terkait laju inflasi tahun kalender mulai Desember 2013-Februari 2014 Jawa Timur mencapai 1,34 persen sedangkan laju inflasi year on year Februari 2014 terhadap Februari 2013 Jawa Timur 7,03 persen.

"Di Pulau Jawa, semua ibu kota mengalami inflasi dan tertinggi terjadi di Serang 0,82 persen, diikuti Jakarta 0,50 persen, Bandung 0,39 persen, Semarang 0,24 persen, Surabaya 0,23 persen, dan inflasi terendah terjadi di Yogyakarta 0,07 persen," katanya.

Dari 82 kota IHK nasional, lanjut dia, 55 kota mengalami inflasi dan 27 kota mengalami deflasi, 5 kota yang mengalami inflasi tertinggi terjadi di Pontianak 2,73 persen, Singkawang 1,75 persen, Maumere 1,61 persen, Kupang dan Tual masing-masing 1,46 persen.

"Sementara, lima kota yang mengalami deflasi tertinggi terjadi di Sibolga -2,43 persen, diikuti Pangkal Pinang -2,11 persen, Bau-Bau -1,43 persen, Meulaboh -1,28 persen dan Padangsidempuan -0,99 persen," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement