REPUBLIKA.CO.ID, KARARANGANYAR -- Warga kawasan puncak Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, mulai sadar lingkungan. Ratusan warga melakukan tanam massal, serta membersihkan lingkungan dan objek wisata Grojogan Sewu.
Aksi nyata ini dilakukan untuk mencegah terjadinya longsor yang sering terjadi di sana. Ratusan warga yang melakukan aksi massal ini, yang menggantungkan hidupnya dari obyek wisata Grojogan Sewu. Mereka terdiri dari pedagang, pemilik persewaan kuda, pegawai penginapan, dan warga sekitar.
Berbagai jenis tanaman keras, seperti, pohon jabon (Jati Ambon), sengon dan buah-buahan ditanam untuk mencegah longsor dan menjaga sumber air agar tetap lestari.
Kepala Seksi (Kasi) Konservasi Wilayah Satu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, Johan Setiawan, menuturkan, 64 hektar hutan konservasi untuk Grojogan Sewu. Kerusakan terbesar terjadi di luar wilayah obyek wisata, karena perambahan hutan secara asal-asalan.
''Melihat kondisi demikian, diperlukan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan dengan tidak melakukan penebangan liar. Juga aktif melakukan penanaman kembali lahan yang gundul,'' kata Johan, Sabtu (1/3) akhir pekan lalu.
Obyek wisata air Terjun Grojogan Sewu, merupakan andalan wisata di kecamatan Tawangmangu. Air terjun dengan ketinggian 81 meter tersebut saat ini dikelola perusahaan pariwisata Propinsi Jawa Tengah.
Seperti kawasan wisata alam lain, kerusakan alam yang disebabkan ulah manusia mengancam kelangsungan obyek wisata ini.
Menurut Johan, dibutuhkan kesadaran dan upaya bersama untuk menjaga keseimbangan alam. Tawangmangu sebagai obyek wisata dengan tingkat kerawanan longsor yang cukup tinggi memang perlu perlakuan khusus untuk menjaga agar tetap menjadi salah satu tujuan wisata.