REPUBLIKA.CO.ID, LANGKAT -- Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan kembali menyelimuti sebagian wilayah Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, meski belum mengganggu pandangan namun asap mulai menyebabkan mata perih.
"Kabut kembali melanda daerah Langkat," kata salah seorang warga Kota Stabat Lilik di Stabat, Minggu.
Seperti yang terjadi sekarang ini, kabut asap ini menyelimuti sebahagian besar wilayah Langkat.
"Kabut asap ini terlihat tidak begitu pekat dan belum mengganggu jarak pandang, meskipun begitu akibat terhirup dan terkena kabut asap membuat mata perih," katanya.
Sejumlah warga asal keluar rumah sudah mulai memakai masker agar tidak menghirup kabut asap.
Lilik tidak mengetahui secara pasti dari mana asal kabut asap ini, yang jelas sekarang wilayah Langkat berkabut, yang sebelumnya juga lima hari yang lalu wilayah Langkat sudah dilanda kabut asap.
Secara terpisah Kepala Bidang Pelayanan Data dan Informasi Hendra Suwarta dari Balai Besar Badan Meteorologi Kalimatologi Geofisika (BMKG) Wilayah Satu Medan menyatakan bahwa kabut asap yang sekarang sampai ini bukan berasal dari kebakaran hutan di provinsi Riau.
Hendra Suwarta juga menjelaskan bahwa jumlah titik panas (hotspot) hasil pantauan satelit Terra dan Aqua di Sumatera ada 1.052 hotspot, untuk Sumatera Bahagian Utara, provinsi NAD 20 hotspot, Sumatera Barat dua hotspot.
Sementara Riau 963 hotspot, Kepulauan Riau ada 10 hotspot, dan Sumatera Utara ada 57 hotspot, katanya.
Untuk Sumatera Utara itu diantaranya Kabupaten Tanah Karo 12 hotspot, Tapanuli Selatan 18 hotspot, Tapanuli Tengah lima hotspot, Mandailing Natal 15 hotspot.
Sedangkan Kabupaten Asahan satu hotspot, Dairi satu hotspot, Labuhan Batu satu hotspot, Langkat satu hotspot, Simalungun satu hotspot, dan Deli Serdang ada dua hotspot.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa kabut asap yang sekarang sampai ke Langkat bukan berasal dari kebakaran hutan di provinsi Riau.
Untuk itu dirinya sangat berharap agar masyarakat mewaspadai kebakaran hutan dan asap di wilayah Sumatera.