Sabtu 01 Mar 2014 00:12 WIB

Presiden Minta Pasokan dan Stabilitas Harga Pangan Dijaga

Rep: Esthi Maharani/ Red: Bilal Ramadhan
Menteri Koordinator Ekonomi Hatta Rajasa memimpin rapat koordinasi di Jakarta, Selasa (18/2).
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Koordinator Ekonomi Hatta Rajasa memimpin rapat koordinasi di Jakarta, Selasa (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta agar ketersediaan pasokan dan stabilitas harga pangan pokok dijaga. Hal ini menyusul adanya ancaman kemarau panjang beberapa bulan ke depan serta dampak beberapa bencana alam yang terjadi di tanah air.

Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan gejolak harga pangan akan memberikan dampak signifikan terhadap inflasi. Karena itu, menjaga sector tersebut harus benar-benar dilakukan.  “Presiden menekankan arahannya agar kita betul-betul menjaga ketersediaan  dan stabilitas harga pangan pokok karena gejolak harga pangan akan menimbulkan dampak terhadap inflasi,” katanya Kamis sore (27/2).

Ia mengakui sampai saat ini ada beberapa gejolak harga pangan untuk beberapa komoditas. Contohnya ikan dan holtikultura. Factor utamanya tak lain cuaca. Namun, secara keseluruhan kondisi masih bisa diatasi dan cukup stabil. Presiden SBY, lanjut Menko Perokonomian, juga telah memerintahkan untuk mengantisipasi dampak musim kering yang cukup panjang terhadap ketersediaan pangan di Indonesia.

“Menteri Pertanian mempersiapkan pompa-pompa dan apapun yang berkaitan dengan menghadapi iklim yang kering” ujar Hatta.

Ia juga mengatakan pemerintah masih melakukan upaya agar target swasembada pangan untuk beberapa komoditas bisa tercapai. Di 2014 ini, ditargetkan produksi pangan pokok seperti beras, jagung, dan gula bisa surplus. Selain persoalan pangan, Presiden SBY juga memberikan perhatian pada gangguan listrik yang melanda Sumatera Utara.

Persoalan tersebut tak lain diakibatkan shutdown-nya pembangkit 2x100 MW yang ada di Labuhan dan Belawan. Selain itu, belum beroperasinya salah satu pembangkit listrik proyek 10.000 MW karena kendala transmisi. “Bapak Presiden memberikan perhatian serius pada masalah ini agar betul-betul dipercepat masalah yang terkait gangguan listrik di Sumatera Utara, dan juga upaya-upaya mempercepat pembangkit yang harus kita selesaikan dalam konteks 10.000 MW pertama maupun yang kedua,” kata Hatta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement